"Jia," sahut Umi. Suaranya terdengar cemas karena sedari tadi aku hanya diam. "Umi tahu kamu sibuk..." Kalimatnya menggantung seperti ragu. "Tapi kamu tidak pernah pulang semenjak pergi ke London. Ini sudah lima tahun. Sekarang Nini membutuhkan kamu, Nak. Bukankah dia yang sudah merawat kamu sejak kecil saat Abi dan Umi pergi?" Aku pun menghela napas sebelum berkata, "Setelah dapat ijin, besok pagi Jia akan terbang ke Jakarta. Tolong, Umi kasih tau saja dimana rumah sakitnya. Jia langsung kesana." Kudengar selintas Umi menghembuskan napas lega. Tapi sebelum Umi sempat berkata lagi, aku buru-buru menambahkan, "Ini hanya demi Nini."