Note: dimohon berperilaku bijak sebagai sesama pengguna wattpad dan bertanggung jawab atas hal yang akan dan telah dilakukan.
---------------------------------------------
Setelah sekian lama duduk gelisah di atas sofa merah ruang tamunya, gadis itu akhirnya angkat bicara.
"Sehat??"Tanyanya pada lelaki yang sedang duduk bersantai dihadapannya memperhatikan obrolan para orang dewasa yang ada di samping mereka yang sepertinya telah melupakan keberadaan mereka berdua.
"Sehat kok, " jawabnya sambil melirik gadis di depannya itu lalu kembali mendengarkan percakapan orang-orang itu.
"Uhm...." Setelah beberapa lama bungkam dengan pikiran yang berkecamuk akhirnya ia membuka mulutnya lagi, "Beneran? kepala kamu enggak pusing atau gimanaa gitu??" tanyanya sekali lagi. Memang kurang kerjaan, tapi ia rasa hal ini perlu dipertanyakan mengingat siapa laki-laki yang ada di depannya ini. Laki-laki itu tampak jengah. Tidak hanya pada pertanyaan tak penting yang dilontarkan oleh gadis berjilbab ini, namun juga dengan tatapan Olfi yang melihatnya seperti melihat spesies langka.
"Emang kenapa sih kalo gue mau dijodohin sama lo? nggak suka banget ya sama gue? kalo nggak suka ya bilang aja ke bokap lo, ngapain aja lo seminggu ini dikasih waktu buat mikir kalo nggak lo pake?!" Ah.. akhirnya Adi angkat bicara juga. Dia lelah sekaligus gemas dengan wanita-nya ini. Olfi yang penasaran dengan Adi yang tiba-tiba setuju dijodohkan dengannya yang setelah tiga puluh menit yang lalu menolak perjodohan ini lalu tiba-tiba menerimanya sepuluh menit yang lalu langsung membisu. Ia sudah pasrah dengan nasibnya. Toh, ia sebenarnya sedikit lega dengan perjodohan ini.
-----------------------------------------
Cerita apa adanya, bolak-balik ngerevisi, dengan bumbu-bumbu realita, sekitar 3-5%, serta intrik yang ala kadarnya, sesuai imajinasi. Cerita ini mungkin kurang berbobot, maklumilah, karena author masih bayi tetapi bolehlah mampir menikmati kurasan otak semaunya, sedapatnya, sekuat tenaga.
"Kau tidak akan hamil,"
Kegiatan Abigel yang tergesa-gesa ingin meminum obat yang baru saja ia temukan didalam laci terbatuk seketika mendengar suara berat dari belakangnya. Dan___ sejak kapan pria itu berdiri disitu?
"Maksut om?"
"Saya tidak bisa punya anak,"
Wajah panik Abigel berubah kaget, jadi maksutnya pria jangkung berbadan kekar didepannya ini mengatakan bahwa dirinya tidak subur? Alias infertilitas?
What?
Dirga mendekati perempuan yang sekarang terduduk lemas dengan selimut tebal yang masih membungkus tubuhnya.
Entah karena syok akan ucapannya barusan atau baru teringat dan menyesali akan kejadian semalam, atau apapun itu ia tidak peduli.
"Kau memang tidak akan hamil, tapi Jangan sampai ada rumor yang tidak jelas, saya benci dengan scandal, kau pahamkan apa saja yang bisa kuperbuat, jadi jangan coba bermain-main lagi denganku," peringat Dirga.
Setelah meninggalkan sebuah cek bernilai ratusan juta diatas nakas. Pria itu berbalik dan pergi dari sana dengan gaya angkuh-nya.
____
Abigel menatap nanar benda yang berada ditangannya. Bagaimana bisa ucapan yang ia dengar beberapa hari yang lalu bisa semeyakinkan itu ditelinganya.
"Sekali bikin langsung jadi? Dasar om om jelek!"
"Katanya aman, gak bakal hamil,"
"Ini kok garis dua?"
____
Penasaran? Baca kuy!
18+
Revisi nunggu cerita tamat🙏