Dengan ragu-ragu Zira melangkahkan kaki ke arah Ara yang sedang diam terduduk di taman sekolah. Dia berdiri di belakang Ara. Lidahnya terasa kelu untuk berkata, tapi ia tetap menjelaskan "Maafin aku, Ra. Aku ga ada maksud buat ngrebut orang yang kamu cinta. Tapi sungguh, aku ngga ada perasaan sama sekali ke Aza." "Aku kecewa sama kamu, Zir" Tubuh Zira membeku. Seakan dia berada di kutub utara. Entah mengapa dia merasa sangat bersalah karena telah dekat dengan Aza. Ara, teman kecil Zira yang sudah 10 tahun bersahabat, tetapi baru kali ini dia memperlakukan Zira seperti musuhnya. Akankah persahabatan mereka yang telah lama itu kembali bersatu?