"Mengapa kamu selalu buat aku tersenyum? Aku benci," ujar Zahra. "Bukankah senyum itu ibadah?" jawab Zaffar dengan senyum khasnya. "Tapi senyumku tak berarti bila hatiku tengah dirundung pilu," kini Zahra menatap Zaffar sendu. "Kamu lebih kuat dari duka dihatimu, untuk itu mengapa senyum yang kamu ukir mengalahkan luka yang tergores." Zahra tersenyum dibuatnya, ia mendorong pelan lengan Zaffar. Mereka tertawa bersama. Tawa bahagia yang terpancar dari wajah mereka mengantarkan kehangatan pada hati masing-masing. Setelah puas tertawa, Zahra menyandarkan kepalanya dibahu Zaffar sambil menatap langit senja. "Zaff," panggilnya tanpa menoleh. "Hm?" "Jangan pernah lupakan aku ya," pintanya penuh harap. "Kamu terlalu berharga untuk aku lupakan. Kamu, adalah orang terpenting dalam hidupku dan tidak akan pernah terhapus dalam memoriku oleh apapun dan sampai kapanpun." Buliran air mata baru saja lolos dari pelupuk mata Zahra, ia tersenyum. Menangis bahagia. Tetapi ia ingat satu hal. Satu hal yang membuat senyum bahagianya memudar. Satu hal yang membuat hatinya kembali terluka. Satu hal membuat tangisannya bukan lagi karena bahagia. "Zaffar, berjanjilah ... berjanjilah kamu tidak akan pernah melupakanku sampai Allah menarik garis bahwa kita harus berpisah karena ajal menjemput." Zahra menyeka air matanya,"Aku mau kamu selalu ada disampingku."
8 parts