The Battle of Hogwarts Games
  • Reads 769
  • Votes 34
  • Parts 6
  • Reads 769
  • Votes 34
  • Parts 6
Ongoing, First published Mar 21, 2018
Original story by J.K. Rowling & Suzanne Collins

Fanfiction
Story idea: Patricia & Nadia
Written by: Patricia T.
English Translation by: Nadia
[Read the english version: @collaborationstories]

Ada berjuta-juta sejarah yang tercatat di buku tebal sejarah Hogwarts, mulai dari didirikannya sekolah sihir yang entah berada di mana itu, pengkhianatan salah satu pendiri, hingga ratusan peperangan yang amat sadis.

Sayangnya, jarang sekali murid Hogwarts yang bersedia bahkan untuk menyentuh buku dengan berat setara dengan berat bayi yang baru lahir.

Namun kalian mungkin pernah mendengar tentang kisah heroik seorang bocah bernama Harry Potter yang berperang melawan penyihir terkeji masa itu, yang notabene keturunan dari Salazar Slytherin, penyihir yang melepas horror kakek buyutnya, penyihir yang membantai banyak sekali kaumnya, penyihir yang hampir merobohkan bangunan Hogwarts.

Namun setelah kekalahan sang penyihir jahat, kau akan mengira bahwa tak akan ada sejarah yang lebih jahat dan keji dibanding itu.

Well, there is no happily ever after after all.
All Rights Reserved
Sign up to add The Battle of Hogwarts Games to your library and receive updates
or
#10hungergames
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
BABY CHANIE cover
After Graduation cover
antagonis wife [PO] cover
Kesayangan Bunda cover
Fiction -sungjake✔ cover
Rafa [End💗] cover
Little Dumplings cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
The Best Of Miracle cover

Dosa Ku

76 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.