Rindu yang tepat memang berat, aku gak akan kuat karena rindu ini begitu hebat. Merindu memang adalah satu hal yang paling manusiawi dan semua orang pasti merasakanya, tak terkecuali aku. Yah setiap hari jujur saja aku merindu. Ini memang tak wajar, aku tak pernah rindu sehebat ini. Tetesan air mata yang jatuh menandakan bahwa aku merindu sangat kuat. Ketika mendengar namamu disebut dalam setiap kumandang seruanNya aku merasakan sesansi hati yang mengharu biru, ketika mendengar kisahmu dan perjuanganmu menegakan agama Allah tak sesekali hatiku berdegup kencang. Aku bisa merasakanya sebagai umatmu, betapa susah dan payahnya Engkau berkorban materi, atau bahkan menaruhkan nyawamu demi menyelamatkan umatmu dari era yang gelap gulita. Ya Rasul, aku kembali meneteskan air mata. Aku kembali menangis. Kubayangkan, Andai aku lahir di zaman dan di tempat dimana engkau lahir kala itu, indah rasanya jika aku menjadi bagian dari komunitas anak-anak yang hidup, bergaul, bermain, bersamamu Ya Rasul. Andai aku lahir di zaman dan di tempat dimana engkau lahir kala itu, indah rasanya jika aku menjadi bagian dari saksi langsung keindahan dan kemuliaan akhlakmu. Tapi aku tak sedikitpun menyesal menjadi pemuda akhir zaman, karena aku tahu jika Engkau merindukan kami pemuda akhir zaman. "Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?" Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang menyelimuti pikiran. "Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan), saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman ..