Jelita

Aku dilahirkan dengan nama Sharita. Sharita saja tidak ada nama belakangnya ataupun depannya. Kata ibuku itu nama pemberian Ayahku saat aku masih bayi. "Ibu Sharita itu artinya apa?" Tanyaku pada ibu. "Itu nama pemberian Ayahmu ketika kau lahir, Ayahmu waktu itu tidak bersama ibu, ia sedang pergi ke malaysia saat ibu melahirkan. Ia baru memberimu nama setelah ia pulang. Katanya Saritha itu nama salah satu penyanyi di Malaysia, penyanyi itu sangat cantik makanya Ayahmu memberimu nama Sharita" Ibuku menjawab sambil menggunting kain-kain yang akan dia jahit. Maklum, ibuku adalah salah satu penjahit senior di daerahku wkwkwkk. Aku melanjut "Jadi Ayah memberiku nama Sharita agar aku cantik ya Bu", dengan sedikit ekspresi sok kepedean. "Hmm cante' " jawab ibuku dengan nada meledek. Oiya cante' itu adalah sebutan untuk gelas yang memiliki pegangan, entah mengapa Ibu selalu mengatakan itu ketika ada yang mengatakan aku cantik. Padahal pelesetan tidak nyambung sama sekali bagiku, eh pelesetan kan emang ga nyambung ya. Aduh hahah.

Tapi, aku sepertinya anak yang kurang bersyukur. Sejak aku kecil aku tidak pernah menyukai nama itu, tidak buruk tapi aku ingin namaku lebih panjang dari itu.

Oiya aku lupa cerita, sebelum Ayahku datang dari Malaysia aku memiliki nama kecil yang menurutku umum-umum saja namun entah mengapa nama itu melekat sampai sekarang, om, tante, sepupu bahkan ayah ibuku gemar memanggilku dengan nama itu. Padahal menurutku itu hanyalah paggilan untuk anak bayi yang masih merangkak sedangkan aku kan sudah besar. "Cece", suara ibuku dari dapur. Nah sudah ketahuan kan siapa namaku. "Ca ce, bisa tidak Bu tidak usah memanggilku dengan nama itu lagi, aku kan sudah dia aqiqah umurku sudah 17 tahun", celotehku waktu itu saat masih SMA. Ibu selalu menjawab dengan cekikikan "Nama itu tidak sembarang diberikan kepada orang loh".
"Lantas apa istimewanya", aku bergumam dalam hati".

"Sharita, Cece huuhhh sama-sama membuat moodku buruk", ketusku setiap mengingatnya.