Telah lama sejak kau mulai menggelar lapakmu di antara tukang siomay, batagor, dan jajanan-jajanan lain, aku mulai memperhatikanmu. Terkadang aku melihatmu yang menyulut tembakau dalam cangklongmu dari kejauhan. Butuh waktu beberapa lama untuk berani mendekat, walaupun sambil pura-pura beli siomay.
"Ah, kok dikasih saus, sih," gerutuku.
"Lah, enggak bilang kalau enggak suka saus."
"Ya udah deh, nih."
Segera aku sodorkan uang lalu pergi setelah melihatmu tampak curiga dengan gelagatku. Sambil mengikuti jalan teman-temanku, aku menoleh ke belakang. Ada sesuatu di balik gurat-gurat wajah yang seakan begitu berat mengepulkan asap ke udara. Apa kisah asmaramu terlalu pelik? Tidakkah kau punya seseorang tempat mencurahkan bait-bait puisimu, sehingga kau memutuskan untuk menjualnya?
Elliot Jensen and Elliot Fintry have a lot in common. They share the same name, the same house, the same school, oh and they hate each other but, as they will quickly learn, there is a fine line between love and hate.