dan aku kini menjadi sebutir bisu yang
terpahat kaku
pada dinding retak berwajah pilu,
menahan selembar kisah dari kota sejuta tabir biru,
meruntunkan derainya hujan air mata tanpa senja.
ternyata dimusim ini kau tetap saja menggigil seperti sebuah puisi tanpa aroma tiramizu, sepet dan hampa untuk dicicipi kedua manis bibirku.
dan mata ini menjadi layu, lemah dan pasrah; sesendu daun angsona yang ramah tapi juga basah.
mungkin menangis ..
atau entahlah.. !!
barangkali aku yang dungu memantrai syair-syair sunyi yang resah menunggu kabar syurga;
dari buah senja yang ditumbangkan,
tak seranum senyumu.
sepasang sayap menggepak di antara beribu balutan do'a juga cinta.
berharap engkau menjelma binar-binar gemintang berfaras angkuh, pada langit malam yang setia menyabitkan rindu.
dan kau barangkali hanya sebuah umpama tak berupa.
membuatku kehilangan kata.
atau kau hanya hujan yang berpura-pura acuh, namun grimismu mengindahkan langitku yang buram mengeruh kabut.
begitu cantikkah ?
biasa saja !
kau hanya intan semesta yang luput melebur di beningnya candra purnama.
dan aku termangu memandang pesonamu.
itu saja !
dan hanya itu semacam rindu yang tiba-tiba menghambur dijeling matamu !
aku beku.
Kami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan..
Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang..
CERITA DEWASA 21+