"Jimin," panggil Hyeon Na. Gadis ini menggigit bibir bawahnya, menatap sosok tampan itu. Matanya bergerak gelisah, terlalu takut untuk melihat ekspresi Jimin nantinya. "A-aku..."
"Ya?"
"Aku hamil," ujar Hyeon Na. Gadis ini kembali menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, seraya menundukkan kepalanya. Air matanya semakin deras mengalir, manakala pemuda itu melepaskan tautan tangan mereka secara perlahan.
"A-apa?" ucap Jimin. Pemuda tampan ini melepaskan tangan Hyeon Na, yang sedari tadi digenggamnya. Sosok rupawan ini menatap kosong, sosok mungil di hadapannya. Merasa tidak percaya, akan apa yang dikatakan oleh sosok mungil itu.
"Aku hamil," ulang Hyeon Na. Gadis ini menangis, manakala mendengar nada keputus-asaan dan keraguan yang terselip dari ucapan Jimin tadi. "Aku mengandung anakmu, Jim." ujar Hyeon Na lagi seraya terisak.
"Tidak mungkin," ujar Jimin. Pemuda ini menggelengkan kepala, menatap sosok cantik itu dengan tatapan kosong. Ia berdiri, membuat Hyeon Na mendongakkan kepalanya. "Kau tidak mungkin mengandung anakku, Kim! Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?"
"Tapi, itulah kenyataannya!" teriak Hyeon Na. Gadis cantik ini berteriak frustasi, manakala Jimin menyangkal ucapannya. "Apakah kau lupa? Apa yang terjadi pada kita waktu itu, Jim? Kau lupa?" tanya Hyeon Na.
"Kau pernah menginap dirumahku, ketika Appa tidak ada di rumah. Dan kau melakukannya," lanjut Hyeon Na. Ia memejamkan matanya, masih terekam dengan jelas di otaknya saat pemuda itu tidur satu ranjang dengan dirinya. Dan mereka terbangun, dengan keadaan yang mengenaskan. Tanpa baju, yang melekat di tubuh sepasang kekasih itu.
"Astaga," ujar Jimin. Pemuda tampan ini mengerang frustasi, seraya kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri. Ia menghela nafas, pandangan matanya pun jatuh pada sosok mungil itu. "Gugurkan dia, Kimmy! Gugurkan kandunganmu, sebelum orang tua kita mengetahui hal ini!"