7 tahun lalu, "Kita putus aja." Ku katakan sebuah hal gila di hadapannya setelah sekian lama ku tahan segalanya. "Terserah." "Hanya itu?" Dahiku mengernyit menatapnya yang sedang berada di hadapanku. Dia diam. Tatapannya tetap mengarah kearah lain. "Apa ada wanita lain?" Sulit rasanya bagiku menanyakan hal ini. Hal terbesar yang sejak kemarin ingin ku ketahui kebenarannya. "Kenapa lo yang sibuk?" Air mataku seketika jatuh saat aku mendengarkan kalimat itu. Petir di luar ruangan ini seakan pertanda bahwa semua memang telah berakhir. Dia, pria yang ada di hadapanku tetap memandang kearah lain. Dia tetap dengan pendiriannya dan aku tetap pada keputusanku. "Baik. Terimakasih, Zra." Dan malam itu aku pergi meninggalkannya. Aku tak memperdulikan hujan yang terdengar deras dan petir yang terdengar menyakiti. Aku pergi meninggalkannya dengan, air mata di pipi.
14 parts