Cintaku memang terpaksa dengannya tetapi karna keterpaksaan itu aku menjadi benar-benar jatuh cinta.
Baru pertama kali itu aku merasakan cinta, kepergiannya membuatku bersedih dari luar dan kepergiannya juga membuatku berteriak dari dalam.
Tidak ada kata lain yang dapat kuberikan, selain:
"Penyesalanku menjadi gemerlapan di siang hari", dan
"Kerinduanku menjadi malam yang sunyi, bagai bumi yang tiada bunyi", serta
"Hati menjerit, untuk memanggilnya kembali, namun tidak bisa untuk kedua kali".
Itu kata-kata yang terucap dari mulutku selama ini, memang aku belum bisa move on apalagi tidak memikirkannya, melihat wajahnya di taman kami belajar, membuatku ingin menjadi pacarnya kedua kali, walaupun banyak cowok yang menggodanya ia tetap bersikap seperti biasanya. Ramah, sopan, baik, cantik, anggun dan banyak lagi lainnya.
Matanya indah dengan bulu mata yang lebat, bibirnya seperti orang yang lagi malu-malu, kulitnya bagaikan sutra yang tersentuh lembut, sifatnya bagai pohon yang rindang dan ibadahnya bagai jalan yang lurus tanpa berbelok, itulah dia. Namun, apakah sekarang masih seperti itu...
Apakah ia mau menerimaku yang kedua kali?... dan bagaimana kisah kami selanjutnya.