Aku hanya ingin menatapmu, untuk sekali lagi, untuk terakhir kali.
Sebelum semuanya berakhir, sebelum kamu pergi,
Sebelum semuanya habis, sebelum aku pergi,
Kita pernah saling menggenggam, kita pernah saling merangkul,
Namun kenyataan menghempaskan mimpi kita,
Saat kamu dan dia memulai semuanya dari awal,
Aku terhempas, aku tekoyak kenyataan,
Aku menjadi korban kejamnya cinta,
Namun sesakit apapun hatiku sekarang, sehancur apapun rasanya,
Tetap saja, bahagiamu tawamu menjadi penawarnya.
Aku ingin menjauh, namun langkah ku tetap berlari kearahmu,
Aku ingin pergi, namun senyummu adalah jalan aku kembali,
Jatuh cinta mungkin sekejam ini,
Ketika seseorang yang kamu cintai memilih hati yang lain,
Hati yang bisa membuatmu tersenyum melebihi aku bisa lakukan,
Hati yang dengannya kamu bahagia,
Doaku selalu ada untukmu, untuk kebahagiaanmu,
Doaku Selalu menyertaimu, untuk senyummu,
Dan jika suatu hal yang tidak kamu inginkan terjadi,
Kamu hanya perlu berdiri didepan cermin,
Dan tersenyum saja, percayalah senyummu penawar semua luka yang kamu rasa.
In an effort to vent, a young individual has been writing poetry, being this his first poetry book, just a collection of some of the numerous poems already written. Most of the poems related to a romantic aspect or a new personal revolution, hence, it is symbolically related in a few of them to one of the historical watersheds more impactful not just for the author, but for the society, the French Revolution, as it involved the overthrow of an absolute monarchy. Meanwhile, for the author's personal revolution it involved a huge empowerment against others, hence, the present poetry book is considered as the modern manifestum for the author.