7 chapitres En cours d'écriture Contenu pour adultes"Apa Tuhan juga jijik melihatku sampai memilih diam begitu lama?"
Nashara Pramesti Dyah Wulaningrum tidak pernah meminta dilahirkan sebagai pilihan. Namun sejak napas pertamanya di dunia, alam gaib sudah lebih dulu tunduk padanya-dan dunia nyata memutuskan untuk menolaknya.
Terlahir dari darah biru Prabu Siliwangi, Nashara dibesarkan dalam keluarga yang lebih mengenal luka daripada kasih sayang. Kekerasan, pengasingan, dan derita yang seharusnya asing bagi seorang anak, menjadi makanan sehari-harinya. Tubuhnya lebam, jiwanya koyak. Tapi matanya? Ia menyaksikan lebih dari yang bisa dimengerti manusia biasa-kematian, kegelapan, dan dunia yang tak kasat mata.
Semakin ia tumbuh, semakin tajam penglihatannya. Namun karunia itu menjadi kutukan. Dunia mencapnya sebagai pembawa sial. Ia diperkosa, dipukul, dipatahkan, dikutuk. Ia mencoba bertahan. Ia mencoba mencari Tuhan. Tapi dalam sujud dan air mata, yang menjawab hanya sunyi.
"Aku tidak pernah ingin jadi istimewa. Kalau istimewa artinya harus dihancurkan dari semua sisi."
Diburu rasa bersalah, dikejar oleh luka-luka masa lalu, Nashara menyimpan kengerian yang tak bisa dibagikan kepada siapa pun. Saat dunia gaib memanggilnya dengan hormat, dunia nyata hanya tahu cara menghancurkannya perlahan.
"Aku hidup... tapi entah sejak kapan aku berhenti merasa hidup."
Cerita ini bukan tentang pahlawan. Ini tentang seorang jiwa yang ingin dicintai, namun terus dibantai.
Tentang seorang anak yang ingin pulang, tapi tak pernah punya rumah.
Tentang Nashara... dan rahasia kelam yang akan mengubur dunia dengan pelan.