Kita terbentur pada satu garis yang sudah semesta atur. Bukannya menerima dan bersyukur, kau malah memilih pergi, memutuskan garis yang hendak ku perjuangkan hingga finish. Kau berlari kencang menjauhiku, untuk kemudian berjalan pelan kembali padaku, seolah menyesal namun nyatanya hidup bersamaku bukan inginmu. Kau kesepian, memintaku untuk menemani sampai seseorang datang. Dan dengan tidak sopannya, kau mengusirku. Kamu yang jahat tapi akunya juga bodoh. Kita serasi, bukan?