Jatuh cinta dengan sahabat berlawanan jenis yang sudah bertahun tahun bersama. Semua bisa hancur seketika karena tumbuh perasaan di salah satu antara mereka atau dua-duanya.
"Elu pikir aja, mana ada si cewe yang udah di ajak tidur satu kamar, pelukan, dicium, dan lain lagi seperti layaknya seorang pasangan, dan lu hannya ngomong kalo itu cuman tanda persahabatan doang, haha."
"Teruss maksud elu apa fa ngomong kayak gini?, gue ga ngerti sumpah, udah ya ga usah marah-marah." Marcko ingin menggenggam tangan Sifa namun dengan cepat Sifa menangkisnya.
"Emangnnya setiap elu lagi jalan sama cewe elu, gue ga cemburu?, gue ga sakit hati?, gue ga retak ha?, sakit ko rasanya, ga pernah ngerasain kan?." Lagi lagi Sifa membanjiri wajahnya.
"Jadi... elu.. punya perasaan lain ke gue selain sahabat?."
"Menurut lu aja bgo!, elu tuh-..
Marcko langsung memeluk tubuh Sifa. Namun Sifa bergegas melepaskannya.
"Ga usah sentuh gue, gue emang sahabat elu, tapi gue berhak kan punya perasaan kayak gini sama elu?."
"Iya fa, cuman kenapa harus gue?."
"Ntah lah gue cape." Dengan lemas dan perasaan yang campur aduk, Sifa bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan