Story cover for Goresan Rasa(Puisiku) by Mrs_Tizadendelion
Goresan Rasa(Puisiku)
  • WpView
    Reads 504
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 46
  • WpView
    Reads 504
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 46
Complete, First published Apr 30, 2018
??????
Rasa ini terlalu picik untuk mengakui keberadaanya dengan lantang. Iya hanya mampu 
Menggoyangkan tintaku di atas lembaran demi lembaran kertas dalam sketsa harianku.
Ku ceritakan tentang segala rasa yang mendekam dalam jiwa sampai kepada
Rindu yg membuat perasaanku mengelana jauh menembus penjuru mata angin.
Rindu itu tidak hanya tentang kamu, jika kau ingin Tahu, maka carilah dalam setiap bait-bait puisiku.?(By. Nana)
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add Goresan Rasa(Puisiku) to your library and receive updates
or
#631kerinduan
Content Guidelines
You may also like
Ayo menepi dulu, sebentar saja. by awmawindh
6 parts Ongoing
[HIATUS] Indira tidak pernah meminta untuk dilahirkan dengan tubuh yang lemah. Tapi hari-harinya kini dipenuhi detak mesin, jarum-jarum tajam, dan dinding rumah sakit yang dingin. Tubuhnya tidak pernah benar-benar sembuh, tapi pikirannya terus mencoba kuat. Karena di sisi lain, ada Ella. Seseorang yang selalu ada di sana, dengan sabar, lembut, dan tak pernah menyerah. Ella yang datang dengan susu kotak saat dunia rasanya hambar, yang menemani sesi cuci darah meski hanya bisa duduk diam sambil menggenggam ujung jaket Indira. Namun semakin hari, semakin terasa: ada batas yang tak bisa lagi mereka pura-pura tak lihat. Indira mulai menjauh, bukan karena tidak cinta, tapi karena takut cinta itu perlahan berubah jadi beban. Ia merasa tak lagi layak untuk dicintai, apalagi saat tubuhnya sendiri terkadang tak sanggup berdiri lebih lama dari lima belas menit. Sementara Ella terus bertanya; mengapa kak Indira menarik diri? Apa salah jika ia ingin tetap di samping seseorang yang ia pilih untuk ia perjuangkan? Di antara rasa sayang dan amarah yang terpendam, keduanya mulai kehilangan arah. Mereka tak pernah bertengkar, tapi diam-diam saling menyimpan luka. Sampai pada akhirnya, sebuah sore yang sunyi di stasiun kecil menjadi saksi bahwa: keduanya duduk berdampingan, tanpa banyak kata. Hanya ada satu kalimat dari Ella, pelan namun penuh makna, "Ayo menepi dulu, sebentar saja." Bukan untuk pergi, bukan untuk berakhir. Tapi untuk istirahat dari semua hal yang memaksa mereka menjadi kuat setiap waktu. Namun yang tidak mereka tahu adalah... kadang, yang kita anggap hanya sebentar bisa jadi jeda terakhir sebelum semuanya berubah. "Aku ngerasa kayak mayat hidup, El..." "Ada aku, Ada Ella... Semuanya akan baik-baik aja, kak. Trust me..." Start ; Fri, May 16, 2025 End ; - By. awmawindh |; Seraphine.daine
You may also like
Slide 1 of 9
Senandika untuk yang Tak Bernama (GreShan) cover
Ruang Kosong di Antara Jingga cover
Andai bisa cover
Lara yang tak kunjung USAI ||•ondah•|| cover
Ayo menepi dulu, sebentar saja. cover
Ungkapan Perasaan. cover
Aldreyan (Slow Update)  cover
We Can't Be Friends cover
Tenggelam Dalam Rindu  cover

Senandika untuk yang Tak Bernama (GreShan)

17 parts Ongoing

Di antara ruang-ruang waktu yang rapuh, ada dua bayang yang saling mengenal tanpa pernah benar-benar berjanji untuk bertemu. Seperti angin yang tak bisa dijinakkan, mereka terjebak dalam pusaran perasaan yang tak terucap-seperti dua kutub yang selalu saling mendekat, namun tak pernah benar-benar menyatu. Shani dan Gracia-dua nama yang berpadu dalam riuh dan hening yang tak berujung. Sebuah kisah yang tumbuh di antara jeda-jeda keheningan dan kesalahpahaman, di mana cinta hadir bukan sebagai sesuatu yang harus dikuasai, tetapi sebagai sesuatu yang terus menguji batas. Dari pertemuan yang tak sengaja, hingga keputusan yang menggantung di antara masa lalu dan masa depan, mereka bergerak dalam ruang yang terperangkap di antara harapan dan ketakutan. Cinta yang pernah lahir di celah-celah keterasingan kini harus dipahami kembali-apakah ia benar-benar bisa menjadi rumah, atau hanya sekadar bayang yang tak bisa digenggam? Dan seperti jejak yang ditinggalkan di pasir pantai yang terus dihempas angin, mereka mencoba mengerti: apakah ini adalah akhir... atau justru awal dari perjalanan yang lebih jauh?