Penolakan. Itu yang diterimanya dikali pertama, ia merasakan cinta selain pada-Nya. Hancur? Jangan ditanya. Ia bahkan telah patah sebelum gadis itu berucap satu patah kata yang menyayat hatinya. Padahal ia datang dengan niat yang tulus. Menikah. Bukan lah keputusan yang mudah. Fadlan tahu namun ia tak pernah bisa memahami alur pikiran seorang gadis yang menjadi tumpuan keluarganya. Bagi gadis itu, menjadi istri bukan lah mimpinya yang sekarang. Tapi nanti. Suatu saat nanti. Suatu saat yang ternyata menjadi waktu penyesalan baginya. Cinta itu memang ada sejak dulu. Tapi, ego yang Fadlan punya kini berupaya melukai hati sendiri. Mencoba melupakan masa lalu dan tak ingin kembali padanya adalah jalan yang dipilih Fadlan. Namun siapa yang bisa menyangkal kehendak-Nya? Ketika Tuhan menakdirkan, ia menjadi terakhirmu? Penghujung cintamu. "Sejauh manapun kau melangkah, sekeras apapun kau menghindar, kehendak-Nya atas kita tak bisa kau sembunyi. Karena pada akhirnya, aku denganmu." --Fadlan Adhiyaksa--