When He Became Mine

Dia Saga.

Sagara Malviano. Cowok dingin dengan pandangan mematikan. Wajah tampan yg dikagumi oleh banyak orang, terutama kaum Hawa. Bak dewa Yunani, wajah tampan yang hampir sepenuhnya memenuhi kesempurnaan.
Dibalik wajah tampannya terdapat sifat bringas brandalan yang ia miliki. Tanpa pandang bulu, ia akan menghancurkan siapapun yang menurut nya mengganggu ketenangannya. Peduli setan dengan sifat jeleknya. Setidaknya Tuhan adil. Dengan memberinya wajah tampan, Tuhan juga Memberikan sifat brengsek untuk seorang Saga.
Hingga ia dipertemukan dengan seseorang siswi pindahan. Berawal dari keisengan nya, ia terus-menerus mengganggu dan menjahili siswi pindahan itu. Hingga menjadi candu baginya. Tanpa Saga sadari ia terjatuh dalam permainan nya sendiri. Dan tanpa Saga sadari untuk kedua kalinya, ia tidak jatuh sendirian.

Cowok dingin itu terus menatap matanya dengan wajah datar, hingga satu detik kemudian, dia tersenyum.

"Butterfly efect?" Tanyanya penasaran.

"Hah?" Tanya baliknya dengan refleks karena terkejut. Juga meredakan detak jantungnya yg menggila.

"Maksud Lo apaan? Butterfly efect gara-gara gue?" Tanyanya lagi dan lagi.

"Lo nguping? Dan Sejak kapan Lo berdiri disana?" Untuk menghilangkan rasa gugupnya, ia membalikkan pertanyaan lagi.

"Ck! Ngalihin pembicaraan?" Telak saga.

"Maksud gue freya butterfly efect sama Ezra. Ah, benar itu maksud gue!". jawabnya cepat untuk menghilangkan curiga saga kepada nya.

"Bodo amat". Sedikit rasa kecewa hinggap di dadanya, kemudian pergi dengan cuek meninggalkan Belva.

"Untung saga percaya" leganya, setelah melihat saga pergi dengan raut wajah yg tidak dapat dijelaskan. Dalam hati ia terus merapalkan permintaan maaf untuk freya karena menumbalkan sahabatnya. Lagi.

"Untuk kesekian kali nya aku terjatuh sejatuh-jatuhnya oleh kamu. Saga Malviano"
Bisiknya pelan, sambil memegang dadanya, sangat jelas jantung nya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.