merindui senja - Serbekas Bahagia Yang Tak Sempurna

Mataku mulai menyusuri jalanan berkabut. Di rumput ilalang.. sesekali tetes embun jatuh di atas jemari kakiku.. aku begitu terpaku. Rasanya baru kemarin aku bertemu dan bertukar rindu. Bisu. Kuratapi kesepian yang menghujam keras detak jantung ku. Lalu ku nikmati rinduku ~ sendirian.
Bahkan.. aku tak mengerti sampai mana jarak memisahkan. Berapa mil-kah yang dapat aku tempuh? Hingga aku mampu bertemu dengan jiwamu lagi. Merengkuh mu dibawah geremis,. Dan membacakan berapa patah puisi. Aku.. merindu.
Setengah dari malam ku adalah dzikir dzikir jiwa yg tak henti memanggil namamu. Hinakah aku merintih? Tempat rebahku terasa begitu dingin. Sedingin ruang hatiku - sunyi - kau ta'akan menemukan apapun di sana. Jika Yasin berdiri tanpa huruf mim,. Maka, itu adalah gambaran bahwa keikhlasan adalah kunci dari segalanya. Aku ikhlas. Ku tumpahkan segala rindu lewat Kalam -kalam suci. Semoga engkau dan aku di Aminkan oleh semesta kelak - dan kita di izinkan untuk berdua - hanya kita.
Malam itu,.Aroma surgawi semerbak di kejauhan . Apa aku telah mati? Atau aku hanya sedang di alam mimpi.? Ah, sulit sekali untuk membedakan. Sayup ke dengar suara jangkung yg berasal dari per-pintu-an. Hilwa..!. Aku bergetar. Air mataku berjatuhan. Hilwa,..!. Aku pun tak kuat,. Aku tersungkur pada pelukan bebatuan. Ingin rasanya ku genggam tangannya, Namun terasa begitu jauh. Ingin ku lingkaran tanganku di tubuhnya, Namun aku tak mampu.
Aku hanya menangis tersedu, sambil mengamati pujaan ku berada pada per-pintuan bersama wanita disampingnya. Aku begitu menyedihkan. Wajah wanita itu mirip sekali dengan wajahku. Seolah-olah aku tengah bercermin. Namun, siapa ia? Aku ingin bangkit seketika itu.. ingin ku bertanya namun aku tak kuat menopang tubuhku sendiri. Aku ambruk. Dan dunia kembali gelap, bersama rindu yang mulai memucat.