Cewek, 25 tahun, good attitude, cantik, modis, pintar-walau pun tidak setiap saat, pekerjaan keren, jomblo.
Kata terakhir itu dijamin mampu menutupi beberapa kata bernilai positif di depannya.
Di saat hampir semua teman wanita seumurnya sibuk mengurus suami dan anak, Rosie Nandiswara masih harus sibuk mengurus pekerjaannya. Saat teman-temannya mendapat pesan singkat dari suami atau pacar yang mengingatkan untuk makan, jangan terlalu capek, dan bla bla bla, Rosie cuma mendapat pesan dari atasannya-lagi-lagi mengingatkan soal deadline.
Ini bukan hidup yang Rosie pilih. Rosie juga mau, seperti teman-temannya yang lain.
Masalahnya, Rosie masih terjebak dengan obsesi anehnya sejak di bangku kuliah dulu.
Rosie punya kiteria sendiri untuk menilai apa seorang cowok cukup menarik atau tidak di matanya untuk dijadikan pasangan.
Ada beberapa hal;
1. Seiman dengannya,
2. Pintar,
3. Wangi,
4. Punya badan lebih tinggi darinya-yang untungnya tinggi Rosie tidak lebih dari 160cm,
5. Single. Belum pernah menikah dan tidak sedang menjalin hubungan dengan siapa pun.
6. Berkemeja slimfit.
Tak pernah terlintas dalam benak Alif akan kasus yang ia tangani puluhan tahun lalu, berubah menjadi sebuah boomerang dendam yang siap menghantam habis keluarganya. Hamzah Al-Ghazawan dan Hasbi Al-Gaishan, kedua putra Alif tidak tahu malapetaka yang menghampiri, ternyata berasal dari dendam yang seharusnya diterima orang tua mereka.
Sampai suatu hari Hasbi, dokter muda yang bekerja di forensik ini mengalami kisah tragis dalam hidupnya. Sedih mendalam, terpuruk, dan takut dalam diri Hasbi menggerakkan sang Kakak untuk merubah apa yang dialaminya menjadi sebuh kasus yang harus diselidiki.
Hamzah, mengikuti jejak ayahnya menjadi penyidik kepolisian. Dengan segala upaya ia lakukan untuk mencari dalang dibalik semua yang dialami adiknya. Bahkan membentuk sebuah agen bernama AGEN[IUS]. Namun, siapa sangka kesalahpahaman besar timbul ditengah-tengah mereka?
"Mari hentikan penyelidikan sampai di sini, Hasbi."
"Kenapa? Apa karena yang Abang cari sudah Abang temukan?"
"Sejauh ini tidak ada barang bukti spesifik ditemukan dalam kasus Jenna. Tidak ada pelaku yang bisa dijadikan tersangka. Tidak ad -"
"Bukan barang bukti, tapi kebenaran. Abang menemukan kebenaran yang aku pun baru tahu. Jika Jenna, sebenarnya cinta pada Abang, bukan?"
___________________________________________
"Menangislah, hatimu baru saja kehilangan. Istirahatlah, ragamu butuh untuk bersandar. Ikhlaslah, ragaku kembali pada Tuhan. Tenanglah, cinta yang kamu khawatirkan sesungguhnya sudah suci terikat dihadapan Tuhan. Pulanglah saat Tuhan sudah menjemputmu, jangan sendirian. Aku akan tetap setia disini menunggumu pulang." -- Amara Jennaira.