Firasat salah satu sosok ada di jurang ke 333, lega rasanya mendengar si algojo menyatakan yang laki ada didalam, rasa capek langsung hilang dan tambah bersemangat. Menerima tawaran untuk menggunakan kudang terbang ke dasar jurang, ternyata enak sekali menggunakan fasilitas si algojo. Perjalanan panjang dinikmati mulai menyusuri permukaan pintu jurang yang terang dan sangat luas sekali, kuda memacu kecepatan langsung turun penerangan mulai berkurang, akhirnya gelap total. Kornea mata menyesuaikan situasi didalam jurang, perjalanan terasa lama, akhirnya nyampai didasar jurang sangat sangat dalam, area yang sangat luas dan gelap sekali. Mulai terdengar suara gaduh dikejauhan, semakin mendekat semakin keras. Mereka terhalang oleh aura ku 99 meter tidak bisa mendekat. Aku biarkan sesaat kegaduhan semakin keras. Paling kecil auraku 9 meter setelah itu nol. Pakai nol aura agar bisa memakai aura kuda terbang hanya 3 meter saja, sehingga mudah narik R. Djojo Hadi Kusumo ke dalam area. Dia hanya bisa nangis dan teriak, minta tolong dikeluarkan dari jurang ini.
[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21+]
Menjadi ketua umum di usia 29 tahun, tak mudah bagi Agratha Dewantara. Apalagi ia harus mengamankan posisi pertama partai dipimpin dalam pemilu dan memenangkan sang ayah menjadi presiden negeri ini.
Ditengah beban besar sebagai pimpinan utama, ia harus menghadapi kemelut rumah tangga yang rumit, dimana sang suami menginginkan perceraian.
Jika saja tak membutuhkan Dhega Sentana (36th) sebagai politisi yang punya pengaruh besar dalam peta perpolitikan nasional, maka ia tidak masalah berpisah.
Dan pria itu menginginkan bayi untuk syarat utama mereka bisa rujuk. Ia harus rela memiliki anak dari pria yang sama sekali tak dicintai.
Pada akhirnya, nasib naas menimpanya. Dhega Sentana pun membuangnya ketika pria itu terpukul karena kehilangan calon anak mereka.