Story cover for REAL LIFE by Anna_Angelica1206
REAL LIFE
  • WpView
    Reads 1,885
  • WpVote
    Votes 109
  • WpPart
    Parts 7
  • WpView
    Reads 1,885
  • WpVote
    Votes 109
  • WpPart
    Parts 7
Complete, First published May 19, 2018
Hai Good People! How are u? ❤

Mau tau kenapa gw ngambil judul ini? Menurut gw ini bisa menginspirasi banyak orang untuk menjadi dirinya sendiri.
But *I just want to be the best for everyone* Menjadi seorang Rahasia atau dikenal dengan mata" itu tidak mudah,terlebih membuat seseorang menjadi lebih baik lagi,dan disini gw akan menceritakan segala sesuatu yang akan merubah kehidupan seseorang dengan cara yang terbaik
_____________________________

Mau tau ceritanya?Baca terus yaa❤
All Rights Reserved
Sign up to add REAL LIFE to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 6
Air Mata Di Pintu November (TERBIT) ✓ cover
EMPTY ✓ cover
Shorts: Lee Cute Jeno [Selesai] cover
Pengagum Rahasia cover
HILDAN'S STORY  cover
Crazy Love cover

Air Mata Di Pintu November (TERBIT) ✓

15 parts Complete

Novel bisa dibeli di Shopee Jaehana_Store BAGIAN KEDUA SAPTA HARSA VERSI NOVEL || KLANDESTIN UNIVERSE "Kenapa lo jahat sama gue! Kenapa kemarin lo pergi? Kenapa? Kenapa lo ninggalin gue? Kenapa lo tega, Jen?" Haikal tak bisa lagi menahan kesedihan yang telah menumpuk di dalam dirinya. Jendral hanya tertawa kecil. "Lo ngomong apasih, Kal? Gue nggak pergi ke mana-mana, kita kan selalu sama-sama. Gue mana pernah ninggalin lo. Ayo ikut, gabung sama yang lain." Ia menarik tangan Haikal, mengajaknya berlari menuju sisi lain dari air mancur itu. Di sana, semua anggota Klandestin berkumpul. Beberapa duduk di atas ayunan yang berderit pelan, ayunan tersebut dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang mengelilinginya. "Bang Haikal! Kenapa telat? Kita nungguin loh!" seru Cakra. "Kal, sini, ada mainan yang cocok buat lo," tambah Reihan. Namun, Haikal menggeleng. Ia justru menggenggam erat tangan Jendral di sampingnya. "Kenapa, Mbul? Main sana," Jendral menatapnya dengan heran. Haikal menggeleng lagi, kali ini dengan lebih kuat. "Gue takut," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. "Takut?" Jendral tertawa, seolah-olah hal itu adalah lelucon. "Seorang Haikal takut?" Haikal mengangguk, menahan diri untuk tidak menangis. "Gue takut kalo genggaman tangan gue lepas, lo bakalan pergi."