Story cover for Ensiklopedia Keabsurdan Sekolahan by malenstartsthegame
Ensiklopedia Keabsurdan Sekolahan
  • WpView
    Reads 275
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 4
Sign up to add Ensiklopedia Keabsurdan Sekolahan to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
JATUH GAK CUMAN SEKALI by aviershta
18 parts Ongoing
Siap! Aku bikin versi yang lebih gokil, penuh lawakan, dan bikin penasaran banget: "JATUH GAK CUMAN SEKALI" Zea cuma pengen sekolah dengan tenang. Tapi, hidup? Ah, dia kayak sinyal WiFi di dalam hutan nggak pernah stabil. Seminggu sebelum MPLS, Zea jatuh dari motor. Hasilnya? Badan lecet-lecet, jalan pincang kayak robot yang kehabisan baterai. Tapi semangat Zea? Tetap nyala, walau kakinya bilang, "Tolong, kasih aku istirahat dong!" Dengan gaya jalan ala zombie setengah patah itu, dia berangkat ke sekolah. Eh, siapa sangka? Itu baru babak pembuka dari drama kehidupan ala Zea. Mulai dari dipanggil "Pincang" oleh Gavin, cowok OSIS yang ngeselin tapi entah kenapa bikin Zea pengen ngelempar sepatu eh, tapi sepatu lagi di kaki yang pincang, jadi nggak bisa. Trus, dia nyasar ke UKS dan ketemu Rafael, kakak kelas yang gantengnya level dewa, sopannya level malaikat, bikin Zea hampir lupa kalau kakinya masih sakit. Drama makin kencang! Ada Acel, si jenius yang bablas soal cinta katanya paham, tapi prakteknya? Duh, bikin kita ketawa sampe perut keram. Terus Alenna, kakak sirkel yang super dewasa dia satu-satunya yang kayak alarm darurat kalau semuanya mulai kacau. Dan Arlan, cowok yang lebih sering nongkrong sama Gavin daripada ngurusin dirinya sendiri. Jadi, hidup SMA itu bukan cuma soal ngerjain PR, nilai, atau guru killer yang galak. Tapi soal patah hati yang nggak keliatan, tawa yang pecah-pecah, dan sahabat yang kadang lebih bikin pusing daripada pelajaran matematika. Pelajaran paling penting buat Zea? Ternyata yang paling bahaya bukan luka di kaki yang bikin jalan pincang. Tapi luka di hati yang datang tanpa peringatan dan itu jauh lebih nyesek daripada jatuh dari motor.
Titik Nadir  by HildaWardani_
50 parts Complete
Deva, cowok dengan segabrek reputasi buruk di kampus. Namanya mengudara seantreo Fakultas Ekonomi sampai Fakultas tetangga. Entah siapa yang mengawalinya, kabar burung semakin berkembang seiring berjalannya waktu. "Selalu pake baju lengan panjang, karena tangannya tatoan. Sering maen cewek, free sex maksudnya. Doyan mabok, alias ngedrunk. Yang lebih parah, ngobat juga, yang pasti bukan minum obat sakit kepala, ngdrugs! Siapa yang jamin dia gak kena HIV? Atau jangan-jangan udah AIDS?" - pergosipan mahasiswa di kampus yang tidak pernah dibantah atau dibenarkan oleh sang objek. Terang saja hal itu semakin membuat cerita-cerita tentang Deva terus berkembang seiring berjalannya waktu. Tara, salah satu tukang gosip di kampus, berasal dari kalangan genk cewek yang gak tenar-tenar amat, tipikal cewek-cewek yang mau ke toilet aja harus ramean. Karena beberapa alasan, membuat Tara terlibat dengan Deva. Keterlibatannya membuat Tara mengetahui fakta-fakta dari seluruh gosip yang ada. Sialnya, benar semua! Ada juga Tania, si cewek metropolitan yang siangnya kerja di gedung pencakar langit, malamnya dugem sampai pusing. Tania adalah satu-satunya cewek yang bersama Deva dalam kurun waktu yang lama. Lagi-lagi menurut gosip yang mengudara, mereka sih hanya berteman. Teman bobo maksudnya. Namun, ketika sampai pada keadaan... Deva adalah satu-satunya hal yang Tania inginkan ketika Tania tak pernah lagi menginginkan apapun. Tara adalah satu-satunya harapan bagi Deva yang sudah sejak lama kehilangan harapan. Deva adalah permasalahan terbesar bagi Tara yang hidupnya sangat jarang bermasalah.
You may also like
Slide 1 of 9
Berandalan cover
BALAS DENDAM! ✔ cover
Tameng Gelar Sang Professor cover
JATUH GAK CUMAN SEKALI cover
Titik Nadir  cover
Perasaan yang Datang Tanpa Disadari cover
Temen Kelas cover
Our Sweetest Secret cover
Aku Ingin Bercerita  cover

Berandalan

2 parts Ongoing

Sekolah ini....., bukanlah tempat yang biasa. Dari luar, mungkin terlihat seperti bangunan SMK pada umumnya. Dinding kusam, lapangan yang penuh coretan, dan murid-murid yang terlihat lebih sering menggenggam rokok daripada pulpen. Bagi banyak orang, ini hanyalah tempat para berandalan berkumpul, tempat terakhir sebelum dunia benar-benar membuang mereka. Tapi siapa sangka, di balik semua itu, ada aturan tak tertulis yang berjalan. Ada hierarki, dimana para berandalan itu tak bisa berbuat sebebas itu. Bagi sebagian orang, ini neraka. Bagi yang lain, ini adalah arena. Dan untuk beberapa orang yang baru saja menginjakkan kaki di sini..., ini adalah awal dari sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan. Selamat datang di tempat yang bisa menjadi Surga maupun Neraka bagi para berandalan.