Story cover for Distorsi Rasa by PingStory
Distorsi Rasa
  • WpView
    Reads 664
  • WpVote
    Votes 32
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 664
  • WpVote
    Votes 32
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published May 24, 2018
Mature
Warning! 18+.

***

"Tak cukup jika aku hanya memiliki cintamu," ujarku sembari menampilkan senyum menggoda pada lelaki tampan di hadapanku.

Jari-jari lentikku mulai menyentuh dada bidangnya dan menggerakkannya dengan gerakan memutar disana. 'Ash, aku sangat menginginkannya saat ini juga.'

"Tidak!" tolaknya mentah-mentah. "Tidak untuk saat ini, Clara."

Aku terdiam dan memandanginya dengan tatapan nanar. 'Sudah cukup penolakan darimu,' gumamku dalam hati. Seketika itu juga, sekelebat ide muncul dalam benakku. Aku tersenyum dalam hati.

"Aku sangat mencintaimu," bisikku di telinga kirinya.

Sungguh, aku tak tau akibat dari perbuatanku nanti. Yang jelas, aku akan memilikinya seutuhnya.

***

Awal publikasi: 30 Mei 2018

^PingStory^
All Rights Reserved
Sign up to add Distorsi Rasa to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Amor Eterno  by Sa_ra_da22_620Nakata
4 parts Complete
"Lo mau hubungan kita jadi kayak apa, Harlen?" Qila menghentakkan tangan pria itu, lalu menoleh cepat dengan sorot mata tajam. Suaranya bergetar-bukan karena takut, tapi karena menahan amarah yang sudah terlalu lama disimpan. "Aku... aku pengin hubungan kita jadi lebih serius," jawab Harlen pelan, nadanya seperti memohon. "Serius?" Qila tertawa miris. "Serius kayak gimana? Kayak lo yang tiba-tiba udah punya tunangan tanpa bilang apa-apa ke gue?" Harlen terdiam, tak sanggup membalas. "Atau lo mau gue jadi simpanan, gitu? Tapi sayangnya, Harlen, gue bukan cewek murahan kayak gitu," lanjut Qila sambil memutar bola matanya, malas sekali menatap wajah pria di hadapannya. "Bukan gitu maksud gue..." Harlen mencoba meraih tangan Qila lagi, tapi kali ini pun langsung ditepis. "Gue capek dengar omongan lo yang manis-manis tapi ujung-ujungnya nyakitin. Lo bilang pengin serius? Lo bilang pengin perkenalin gue ke orang tua lo? Please, Harlen. Udah telat." "Qila, tolong dengerin dulu..." "Cukup." Qila menarik napas dalam-dalam, menahan emosi yang hampir meledak. "Ini terakhir kalinya kita ketemu. Setelah ini, gak akan ada lagi 'kita'. Gak sengaja ketemu pun, gue harap itu gak akan pernah kejadian. Gue muak liat muka lo." Langkahnya cepat, pergi meninggalkan Harlen yang masih berdiri mematung di tempat. Tapi Harlen belum menyerah. "Qila! Tunggu, dengerin dulu!" Namun Qila tetap berjalan, masuk ke dalam taksi yang sudah menunggunya di pinggir jalan. "Jalan, Pak," ucapnya pada sopir. Taksi pun mulai melaju. Dari kaca belakang, bayangan Harlen terlihat masih mengejarnya, berteriak, memanggil namanya. "QILAAAA!" Tapi Qila tak menoleh. Tatapannya lurus ke depan, seolah tak ada apa pun di belakang yang layak dilihat kembali. Dalam hati, ia berbisik, Maaf, Harlen... tapi kali ini aku benar-benar udah gak sanggup.
Game Of Obsession by Nbula_Qn
61 parts Ongoing Mature
Azura, seorang gadis yang tak sengaja bertemu dengan seorang cowok saat berteduh di sebuah kafe. Percakapan singkat tentang novel malah membuatnya terjebak obsesi gila cowok itu, yang sayangnya adalah tipe cowok red flag yang sangat mengekang kehidupannya, Namun ia juga tipe gadis pemberontak yang tak mau diatur. Namun semuanya malah berubah setelah Zaverino meninggalkannya tanpa kejelasan selama satu tahun. Hingga keduanya bertemu kembali, cinta yang belum selesai itu terhubung kembali. Namun kali ini keduanya malah menciptakan sebuah permainan Obsesi yang membawa keduanya menuju jurang kematian. _____ Zaverino terkekeh pelan, lalu dengan cepat dia menarik tangan Azura, dan mencengkram pergelangan tangan gadis itu lalu menariknya mendekat. Azura terkejut, tapi Zaverino hanya menatapnya dalam. "Gue gak suka," katanya, suaranya pelan tapi berbahaya. "Gue gak suka lo jalan sama dia." Azura meronta, berusaha menarik tangannya, tapi cengkraman Zaverino tetap kuat. "Lepasin, Zav. Lo gak punya hak buat ngatur gue!" Zaverino menyipitkan mata, lalu menariknya lebih dekat lagi, hingga Azura bisa merasakan napasnya yang hangat di wajahnya. "Lo masih gak ngerti, ya?" Bisiknya. "Gue gak butuh hak. Gue cuma ngasih tau fakta. Lo milik gue, Azura." ______ Mampukah Azura bertahan dengan permainan obsesi gila pria itu? Apa yang harus ia lakukan terhadap tipe red flag pengekang seperti itu? Penasaran? langsung baca aja ‼️ __________ No Plagiat ⚠️⚠️⚠️
You may also like
Slide 1 of 10
Amor Eterno  cover
MASKED MAN cover
WEDDING VOWS cover
Game Of Obsession cover
GARIS LUKA cover
Sereia's Harem [End] cover
DIGNITY cover
Taste Of Love cover
LELAH cover
Grandpa Obsidian: I found you, Larasati!  cover

Amor Eterno

4 parts Complete

"Lo mau hubungan kita jadi kayak apa, Harlen?" Qila menghentakkan tangan pria itu, lalu menoleh cepat dengan sorot mata tajam. Suaranya bergetar-bukan karena takut, tapi karena menahan amarah yang sudah terlalu lama disimpan. "Aku... aku pengin hubungan kita jadi lebih serius," jawab Harlen pelan, nadanya seperti memohon. "Serius?" Qila tertawa miris. "Serius kayak gimana? Kayak lo yang tiba-tiba udah punya tunangan tanpa bilang apa-apa ke gue?" Harlen terdiam, tak sanggup membalas. "Atau lo mau gue jadi simpanan, gitu? Tapi sayangnya, Harlen, gue bukan cewek murahan kayak gitu," lanjut Qila sambil memutar bola matanya, malas sekali menatap wajah pria di hadapannya. "Bukan gitu maksud gue..." Harlen mencoba meraih tangan Qila lagi, tapi kali ini pun langsung ditepis. "Gue capek dengar omongan lo yang manis-manis tapi ujung-ujungnya nyakitin. Lo bilang pengin serius? Lo bilang pengin perkenalin gue ke orang tua lo? Please, Harlen. Udah telat." "Qila, tolong dengerin dulu..." "Cukup." Qila menarik napas dalam-dalam, menahan emosi yang hampir meledak. "Ini terakhir kalinya kita ketemu. Setelah ini, gak akan ada lagi 'kita'. Gak sengaja ketemu pun, gue harap itu gak akan pernah kejadian. Gue muak liat muka lo." Langkahnya cepat, pergi meninggalkan Harlen yang masih berdiri mematung di tempat. Tapi Harlen belum menyerah. "Qila! Tunggu, dengerin dulu!" Namun Qila tetap berjalan, masuk ke dalam taksi yang sudah menunggunya di pinggir jalan. "Jalan, Pak," ucapnya pada sopir. Taksi pun mulai melaju. Dari kaca belakang, bayangan Harlen terlihat masih mengejarnya, berteriak, memanggil namanya. "QILAAAA!" Tapi Qila tak menoleh. Tatapannya lurus ke depan, seolah tak ada apa pun di belakang yang layak dilihat kembali. Dalam hati, ia berbisik, Maaf, Harlen... tapi kali ini aku benar-benar udah gak sanggup.