Oke, lighting mulai menyala seperi sorotan matahari yang tengah terbit. Setiap kali melihat cahaya itu, rasanya aku ingin berlari dan berteriak sekencang-kencangnya. Melihat, dan merasakan bagaimana hidup lebih bebas. Sayangnya ini hanya cahaya lampu yang menyilaukan saja. Bukan cahaya sebagai lubang keluar, sebagai celah untuk pergi. Semuanya semu, dan perlahan menghilang dan akhirnya meredup kembali Anyway, ini adalah hari pertama Kanea melakukan aktivitas dan datang tanpa seorang pun bersamanya. Meski bukan hal yang berbeda. Kali ini dia benar-benar merasa bersedih. Bajunya yang lusuh serta kantong gendong yang tergendong seakan merosot meperlihatkan keadaan nya yang tengah depresi, tidak ada tempat untuknya diam dan bersandar. Jauh di lubuk hatinya, dia merasa kesepian. "ouchh,,,,," "what's going on Kanea? You kelihatan muram banget!" "eill.. gue gak apa apa. Cuma capek aja. Kemarin gue begadang penuh" "salahkan saja pola hidup yang aneh itu, you juga manusia. Kalau sedih, ya bilang. Itu simpel kan!" Kalimat ajjaakan bercerita yang seringkali di ucapkan Gea tetap tidak membuat riuh perasaan Kanea. Dia bungkam, seakan tidak ingin membagi kesediahannya itu. Dia memang selalu mengelak, dan lebih mengutamakan pekerjaan. Baginya tidak ada hal yang lebih penting selain uang dan otoritas tuuan dia dalam menggapai apa yang dia mau. Sia seperti einstein yang tidak akan berhenti mencari jawaban. Meski keduanya memiliki bidang yang berbeda dalam penciptaanya. "ya, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah" kanea menghela nafas sangat panjang sambil mengayunkan tangannya tepat di dada. "aku harus terus bekerja dan melakukan hal-hal berguna. Aku tidak boleh sia-siakan waktu ku sendiri" uangkapnya kembali sambil melanutkan beberapa jurnal yang sedang ia kerjakan. -To Be Continued-Todos los derechos reservados
1 parte