Kurasakan hangat mentari menyentuh wajahku, membangunkanku dari tidur di perjalanan yang panjang. Aku sudah tak mempunyai urusan lagi dengan ibukota karena kuliahku telah selesai. Angin sejuk pagi hari masuk dari jendela bus yang sedikit terbuka, membelai rambutku yang tak begitu panjang. Kulihat di sekitarku tak ada orang selain aku dan sopir bus. Sedangkan di luar, pepohonan lebat berusaha menghalangi sinar mentari untuk mengenaiku. "Aku hampir sampai," kataku di dalam hati. Adikku pernah bercerita kalau di desa sudah banyak perubahan menjadi lebih maju. Aku jadi sedikit penasaran seperti apa desa yang kutinggalkan selama empat tahun itu. Ternyata desaku memang berubah, tak hanya pembangunan di mana-mana, namun aku disambut dengan kematian aneh beruntun yang tak diketahui penyebabnya. Pilihan ada di tanganku, apakah aku harus lari, atau aku tetap harus kembali?