Batas-Batas Eksistensialisme
7 części W Trakcie Zona tak terbatas seolah memberi ruang untuk kebebasan mengkritisi segala hal, namun sebagian besar dari pikiran itu tidak layak berkeliaran di kepala. Dalam esai ini, saya menghadirkan potret kehidupan di sebuah kota industri yang terpukul hebat oleh pandemi. Cerita dengan momen yang mulai mengalir sejak pertengahan tahun 2020, setiap sudut kota tidak lagi sama, terkekang oleh kebijakan pembatasan yang menjadikan kita asing satu sama lain, kehilangan arah, dan beradaptasi dengan rutinitas yang semakin menyesakkan.
Melalui perspektif pribadi, saya mengeksplorasi eksistensi kehidupan yang diwarnai oleh pertemuan singkat dengan orang-orang baru, dialog spontan yang memecah keheningan hiruk pikuk kota, serta momen-momen yang mengungkapkan keunikan setiap individu di antara deru aktivitas tak pernah terduga. Saya menggambarkan suasana kota yang memancarkan kehidupan, menceritakan keberagaman emosi, keinginan, dan impian yang mengalir di tengah kebosanan.
Alam selalu punya cara untuk menghapus seluruh keluh kesah. Pantai-pantai dan tempat indah lainnya biasanya bersembunyi di sudut-sudut paling tepi dari kota, atau kadang-kadang mereka hadir di tengah hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur. Kita hanya perlu kedamaian untuk meredam kebencian yang ada dalam diri. Makna yang mungkin sudah lama terkubur dalam nurani, namun tertutup oleh kekecewaan dan kesedihan yang tak kunjung usai.