Rasa akan bersemai setelah sekian kali dalam berta'aruf. Karena dari ta'arufan menumbuhkan benih-benih cinta. Ta'aruf yang sesungguhnya adalah setelah menikah. Memang bukan ta'aruf yang aku inginkan. Memang bukan dalam usia muda aku ingin menikah. Memang bukan seperti kamu imam yang aku inginkan. Hanya dengan ta'aruf kilat antara orang tua. Ijab qabul pun terucap. Terjadi bahtera rumah tangga. Aku dan kamu memang sama-sama kenal. Gimana nggak kenal satu kelas di kampus. Bedanya aku hanya manusia biasa. Sedangkan dia penggemarnya seabrek. Dan banyak yang bilang laki-laki shaleh idaman. Menurutku memang dia di cap ikhwan. Maaf aku meragukan. Awal berteman masih yakin tapi setelah tiga semester kenal aku meragukan. Ah... Dia pacaran. Ikhwan lagi. Seharusnya malu. Memang ikhwan juga manusia biasa tapi secara komitmen lemah banget. Dan dengan mudahnya abi menjabat tangan dia dalam ijab qabul. Hidup satu kosan. ubi hidup adek... Bang... Dikampus udah sebel... Apalagi harus seatap... Mabokk bisa-bisa. Semua memang sudah skenario Allah. #ini hanya cerita pertama abal-abal yang masih banyak belajar. #selamat membaca vote dan komennya sahabat jangan lupaAll Rights Reserved
1 part