"Jika kamu masih pakai logika, mungkin kamu belum merasakan cinta yang sesungguhnya" - Batari, 1993
Tentang aku, dia, dan bus kota Surabaya. Kisahku adalah milikku. Surat yang diberikannya lewat guru bimbingan konseling sampai petugas kebersihan kota adalah alasan kenapa aku jatuh hati padanya. Bukan tentang aku mau apa, tapi tentang ayo kuajak ke sana. Dia berbeda dan hal itulah yang membuatku percaya bahwa logika bukanlah cinta.
Dia yang mengajarkanku betapa pentingnya luka dan rindu. Katanya, tanpa hal itu, kita tidak tahu arti memiliki. Kita hanya bisa menyesal ketika sama-sama telah pergi. Dia juga bilang kalau senyumku indah. Jadi, aku harus meminimalkan senyum-senyum biar saingannya tidak bertambah.
Katanya, kejadian penting itu tidak usah pakai saksi mata. Kejadian itu hanya milik siapa yang berkepentingan saja. Kalau menurutnya, cinta itu tentang memberi. Untuk masalah cinta, setiap manusia punya persepsi berbeda dalam mengartikannya. Intinya, turuti kata hati. Karena nurani tahu kemana harus pergi.
Dari Batari yang menulis di tahun 2018 dan berharap tulisannya akan diterbitkan. Guna mengundang kembali sang penunggu bus kota Surabaya tahun 1993 untuk kembali hadir walau hanya dipikirannya saja.
Ini adalah kisah cintaku di tahun 1993. Di mana tanggal 9 September 1993 pukul 12.20 WIB adalah hari bersejarah bagiku dan dia. Ini adalah kisah nyata dan aku juga ingin kalian ikut merasakan atmosfernya.
"Dia datang, lalu pergi. Dia bisa datang lagi, ataupun menghilang sampai nanti" - Batari, 1993.
=AUTHORIZED TRANSLATION=
Ini adalah terjemahan resmi bahasa Indonesia dari novel Thailand dengan judul yang sama karya Howlsairy.
.
.
.
Karena kau adalah satu-satunya langitku. Baik dulu maupun sekarang...
Typhoon:
Seolah aku jatuh cinta berulang kali. Setiap kali ketika aku melihat ke atas, aku merasa sangat dibenci karena hanya bisa melakukan itu.
Tonfha:
Langit saat akan hujan itu menawan. Baik siang maupun malam, entah gelap atau terang. Langit masih indah seperti sebelumnya.