Delilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah menghantarkan kehangatan melalui telapak tangannya yang terbuka? Kehangatan yang sempat Delilah rasakan menjalari kedua pipinya, hingga membuat gadis kecil itu merona. Kehangatan yang saat itu juga bisa dia rasakan sampai ke relung hatinya. Delilah tahu, hatinya sudah tercuri, tergenggam erat dalam jemari sang malaikat. Dia berharap, kelak dia bisa dipertemukan kembali dengan sosok malaikat itu. Dan jika di kemudian hari harapannya terkabul, Delilah hanya ingin selalu berada di dekat malaikatnya. Tapi Delilah hidup dalam dunia nyata. Bukan dongeng, apalagi mimpi. Di tengah kenyataan yang menjadikan heteronormativitas sebagai sebuah keniscayaan, apa Delilah bisa terus berada di dekat malaikatnya, yang juga merupakan seorang perempuan?