Aku menggigit bagian bawah bibirku kuat-kuat, berharap tidak ada air mata yang menetes turun dan akan membasahi pipiku. Aku benci menangis. Menangis hanya akan membuat dadaku sesak. Aku tidak suka menjadi lemah. Aku bukan perempuan seperti itu. Tapi sepertinya semuanya sia-sia, bersatunya air mata dan segumpal kesal dihatiku mampu menjebol kekuatanku. Hah, selalu saja begini! Karena kehadirannya, karena segala hal tentangnya, ia selalu saja menjadi perhatian semua orang. Aku benci padanya! Ia selalu menghancurkan semuanya. Bahkan sepertinya, keberadaannya didunia ini tidak lebih untuk selalu mengganggu hari-hariku. Jika boleh, aku ingin ia tidak ada. Tidak ada disini. Tidak dimanapun.