Bukan hal yang mudah saat kamu harus menguatkan hati untuk tetap menjaga hubungan baik dengan alumni. Bukan tentang ingin kembali dan reuni. Tapi tentang bagaimana orang lain menganggapmu tak bisa pergi, menganggu, dan terus membututi. Bahkan hati yang tiap kali berubah bukan jadi hal yang bisa diangkat mudah.
Dibenci itu biasa bagiku. Cemburu untukku hanyalah kisah klasik ketika kami berada dalam frame yang sama. Bahkan didatangi hanya untuk ditanya hubungan.. Aku sampai hafal bagaimana rincian jawabannya.
Bahkan jangan senyum senyum sendiri, kalo kamu dapet surat dari Airlangga. Bisa jadi itu kata-kataku atau kata-katanya yang dulu dirangkai untukku.
Tapi, kini aku yang harus berusaha untuk tersenyum. Saat keadaan menyadari, bahwa yang berpisah akan menjalininya sendiri. Setelah dia berjanji akan tetap bersama setelah berpisah, jangan percaya. 10 pun jika dipisah hanya 1 dan 0, bukan lagi 10 atau nilai sempurna.
Tertanda
Sania 🌻
Aziel, bocah pengidap asma yang petakilan. Gayanya selangit dan ga pernah mau kalah.
"Gua adiknya si epan"
"Emang gua anak pemilik sekolah! Lo iri aja sama gua karena bapak Lo lebih miskin"
×××
"Epan!! Numpang! Anterin gua pulang"
"Epan!! Mobil gua mogok"
"Epan!! Beliin makanan"
"Epan!! Jangan marah marah"
×××
"Epan!!! Gua adik lo kan?"
"Ga usah ngaku ngaku"
Sebenarnya Aziel itu adik dari Evan? Atau hanya ngaku ngaku saja agar terlihat kaya?