Terluka
Akhirnya aku kehilangan lagi. Walaupun semua belum dimulai tapi aku sudah kehilangan. Seketika aku menjadi seorang ratu, dan seketika aku menjadi abu. Entah bagaimana kita bisa sedekat mata, lalu menjauh bagai bola mata yang tak pernah bisa saling berjumpa. Kau datang dengan luka hatimu yang mengangah, kau datang padaku seakan memohon untuk obati dan isi hatimu. Entah bagaimana aku tak merasa keberatan. Ku balut lukamu dengan kasih,ku beri kau cahaya penuh kehangatan agar kau tak merasa sendirian. Kau sangat ramah, kau balas aku yang kusangka itu cinta. Aku merasa bagai ratu, kau buat aku merasa hebat, tapi aku salah pengertian. Rumus cinta yang telah kukerjakan dengan sungguh ternyata salah. Seharusnya dari awal aku sadar, untuk apa ku terima orang asing masuk kehatiku, seharusnya ku biarkan saja kau mati menahan luka hati sendirian. Seperti inikah cara mu berterimakasih, berlalu pergi tanpa menoleh kebelakang, seakan kau tak pernah mengenalku. Tak ingatkah kau dengan hari-hari kemarin saat aku didekatmu, menemanimu, mengobati luka dan mengisi kekosongan didalamnya.Aku selalu menjadikan diriku rumah untuk mu, menjadikan tempat ternyaman untukmu pulang, tapi ternyata kau hanya singgah, tak berpikir untuk menetap. Lalu haruskah ku tutup lagi pintuku, menunggu lagi orang terluka untuk ku obati ? Lalu bagaimana dengan lukaku, aku sibuk mengobati luka mu, namun tanpa sadar kau sayat hatiku perlahan demi perlahan. Kini lukaku sudah melebar seperti lukamu dulu.