Pagi itu hujan gerimis mulai berjatuhan. Saat lampu merah ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 07.45 yang mana aku hampir telat untuk interview di salah satu perusahaan penerbitan. Seperti biasanya Loki si motor matic tua kesayangan ini yang menemani tiap aku pergi semenjak kuliah sampai sekarang. Kalian pasti akan hafal kalau aku lagi jalan dengan Loki, khas hijau metallic yang bisa dilihat semua orang dengan jelas. Well, untungnya si Loki jarang ngadat. Sekarang pukul 08.04, hanya terlambat sedikit, tidak apa lah ya. Sebenarnya aku sudah muak dengan semua interview yang aku hadapi. Selalu ending dengan kegagalan atau ketidakcocokan. Setidaknya hari ini aku akan coba datang dan berharap sesuatu yang baik akan datang. Setelah menunggu beberapa saat admin memanggil saya untuk interview dengan HR disana, seperti biasanya juga pertanyaan dijawab. Hal standar seperti perkenalan diri, motivasi, dan lainnya sudah terlewati. Another interview just passed, dalam hati. Dengan senyum manisnya mbak HR bilang kalau nanti akan dikabari. Ini nih, line yang paling bikin muak, which means kita nggak akan dipanggil. Sebetulnya aku paham , diri ini kurang percaya diri (bahkan sudah hilang). Aku benci harus seperti ini, terkekang diri sendiri dan tidak bisa mengekspresikan sesuai yang diinginkan. Apa ini karena ayahku yang selalu bilang kalau aku itu tidak mampu? Kamu itu terlalu gendut untuk ini itu, atau karena terlalu banyak konflik di hidup dan batinku? Mungkin semuanya benar. Disini aku mau cerita tentang setiap masa yang kulalui di hidupku secara sederhana tapi juga rumit (what?) This story created by Wanderingfairyyy~
17 parts