Di kala itu kau hadir tanpa ku duga sedikit pun, kau datang di barengi dengan sebuah luka yang begitu dalam. Aku tak tau luka apa yang sedang kau topang sebelumnya. Apakah luka karena goresan cinta. Entahlah.
Namun, perlahan waktu berjalan. Tanpa kita sadari ternyata kita hidup di dalamnya. Dan perlahan perasaan ini mulai tidak ku mengerti. Seolah memaksaku lebih dekat denganmu. Tak tahu apa sebabnya, mungkin aku mulai jatuh dan cinta padamu.
Hari demi hari berjalan seiring waktu, begitu juga dengan hati yang semakin erat memikatmu. Tanpa ku sadari, aku mulai mencoba berusaha menjadi yang terbaik untukmu, selalu ingin mengerti tentangmu, dan ingin membawa senyum di kala kau pilu.
Tapi semua itu tak berarti, dinding-dinding yang perlahan ku bangun. Kini runtuh dalam sekejab. Kau beranjak pergi dan meninggalkanku sendiri.
Semua hilang, hanya goresan luka saja yang tersisa. Yang selalu setia menyiksa. Dikala malam sunyi datang menghampiriku.
Aku tak begitu percaya, aku selalu meyakinkan diriku. Kalau aku sedang hanyut dalam sebuah mimpi.
Walau sebenarnya semua ini dalam kenyataan.
Tapi tak mengapa bagiku. Pergilah.
Karena kau juga berhak untuk bahagia. Walau aku disini seperti terhempas ombak yang begitu menyakitkan.
Biarlah luka ini aku jalani sendiri.
Pergilah...
Terima kasih telah pernah hadir dalam hidupku.
-Hermando