"Lu benci banget tah sama gw?" "Kita ini ada konflik apa sih?" "Lu kenapa sih?" "Cuma gara gara omongan Beva, lu jadi kayak gini?" "Gw salah apa sama lu? "Kita ini kenapa? " "Lu berubah" Kalimat - kalimat tersebut diucapkannya dengan tatapan dan nada yang berbeda. Sebenarnya, aku tau jawaban dari semua itu, tetapi aku memilih bungkam. Karena aku masih ragu, apakah ucapannya memiliki makna lebih besar dari hanya sekedar merasa kehilangan sahabat. ................................................................. Dengan sifatnya yang beralih dari seorang yang cuek menjadi seorang periang dan selenge'an dan 'autis' yang tak terdefinisikan, aku merasa dia....Tulus, dengan caranya sendiri. Setelah kejadian itu, dia tetap ceria & selengean di depan orang, sementara di depanku? Dia memilih menganggap seolah aku tak ada. Sempatkah aku menyampaikan salam perpisahan dengan baik? Atau bisakah kita berbaikan tanpa berpisah?All Rights Reserved
1 part