Selama menjadi karyawati di toko kaset sekitar Myeong-dong, hanya ada satu hal yang tak Choi Yuna suka: bila sedang hujan. Berkat hujan, pekerjaannya yang bisa dilakukan hanya sekejap saja, dapat menjadi berkali-kali lipat. Seperti menyusun kembali kaset yang telah diletak ke sembarang tempat oleh para pengunjung dadakan, atau mengepel lantai setiap kali jejak basah itu muncul dalam waktu berdekatan.
Meski begitu, siapa sangka bila hujan di awal bulan Juli itu membuat dirinya lupa akan tak sukanya dengan hujan.
Karena kedatangan seorang pemuda, yang mana sedang mencari piringan hitam di tokonya.
Berkat hujan di hari itu, Choi Yuna selalu bertemu pemuda itu bersamaan dengan turunnya hujan, sehingga suatu perasaan terhadap pemuda itu--dan hujan--di dalam dadanya semakin berkecambah dan tumbuh.
--------------
Rizu, 2018
Bukankah sepasang mate yang sudah di takdirkan seharusnya saling menerima? terlepas seburuk apapun pasangan takdir dimatanya, bukankah dia seharusnya tetap menerima?
Namun apa jadinya jika salah satunya justru menolak dengan keras?