Sistem pendidikan kita hanya berkutat pada nilai akademis saja (IQ). Sebagaimana yang kita rasakan, satu hal yang menyenangkan dari sekolah bukan pada KBM-nya tapi ketika salah satu kegiatan belajar gurunya tidak masuk. Para siswa/i lebih menantikan jam pelajaran kosong (apalagi jika itu pelajaran matematika/kimia atau apa pun itu jika ternyata gurunya killer). Benar apa bener banget? > < Sebenarnya saya senang sekali ketika mendengar ada pelajaran kewirausahaan di salah satu mata pelajaran di sekolah saat ini. Tetapi pertanyaannya apakah konten kewirausahaan itu sudah benar? Apakah sudah bisa mewakili terbangunnya Kecerdasan Finansial bagi peserta didik?Apakah tenaga pengajar kewirausahaan di sekolah sudah dibekali dengan benar untuk menyampaikan informasi mengenai membangun sebuah bisnis? Jangan sampai terjebak antara dagang dan bisnis. Dagang (berjualan) merupakan bagian dari bisnis tetapi bisnis bukan sekedar berdagang karena cakupannya lebih luas lagi. Dan pada kenyataannya mengenai PRODUK (barang dagangan) bukanlah hal utama dalam membangun bisnis. Sebenarnya produk ada di posisi terakhir dalam membangun bisnis. Tentunya hal ini akan saya bahas dalam tema yang berbeda. Sejujurnya perkembangan kecerdasan intelektual, emosi, spiritual bahkan kecerdasan finansial saya dapatkan dalam dunia usaha (bisnis) dibandingkan yang saya pelajari di sekolah. Jadi saat ini saya sangat menyesalkan sekolah/sistem pendidikan kita tidak memasukan pendidikan finansial dalam kurikulumnya. Padahal jika pendidikan finansial diaplikasikan dalam sistem pendidikan, hal ini akan berefek pada kesejahteraan guru, peserta didik, orang tua bahkan dilingkungan akademis & keluarga. Karena penyebab utama di balik krisis keuangan yang dialami masyarakat ini dikarenakan kurangnya pendidikan finansial sejak dini, baik dilingkungan keluarga atau pun di dunia akademis. Semoga dengan tulisan saya ini bisa membuka hati dan pikiran pembaca mengenai pentingnya meningkatkan kecerdasan finansial.
8 parts