Sinopsis:
Aku mengenang kisah kita dengan menulis ini, setidaknya duniaku tidak punah dengan adanya ini. Sebuah cerita, tentang kita. Tentang aku yang sangat mencintainya dan kau yang sangat mencintaiku, tentang dia yang pergi dan kau pergi.
Bisakah aku mengulang waktu? Seperti dulu?? Sekarang aku ingin bersamamu, menemanimu bermain layang-layang tanpa takut kulitku menghitam, tanpa takut talinya menggores telapak tanganku, karna kutahu kau pasti akan mengobatinya. Seperti dulu.
"Udah jangan nangis mulu, cengeng amat sih kamu jadi cewek. Dikit-dikit nangis, kan semua hal itu gak harus ditangisi."
"Bilang aja kamu gak bolehin yessi nangis."
"Ya baguslah, untung paham."
"Terus aku harus ngapain?"
"Cari saka lah."
"Tapi,... yessi kan gak tau saka ada dimana?"
"Ya makanya dicari yessiiiii,.."
"Gak ada yang mau Bantuin yessi, buat cari saka."
"Nanti fadel bantu deh, tapi jangan nangis lagi ya?,"
"Fadel mau bantu? Serius?? Gak bohong kan?? Nanti bohong? Fadel serius gak?,"
"Ya,.. kalo kamu banyak nanya aku jadi berubah fikiran."
"Berubah fikiran? Apah ituh?,"
"Main layang-layang aja yuk, temenin fadel."
"Hm,.... Enggak ah nanti kulit yessi jadi item."
________
Salam hangat, anda.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.