Kemarin sangat mencintai Biru. Sejak pertama kali lelaki itu menyampirkan telapak tangan ke atas bahunya, mengajarinya membaca, dan mengisi otaknya dengan khayalan-khayalan mengenai bunga yang terperangkap pintu waktu. Sejak semua omong kosong bermula. Sejak siang membuka hati pada esok yang pada akhirnya berkhianat. Hingga lantas Kemarin sadar, bahwa seharusnya tak apa bila ia adakan perpecahan untuk melabrak masa depan. Demi rasa iba pada jiwa. Demi dendam yang mengapi di bawah tanah kubur akibat ketidaktahuan.
4 parts