Aku melirik arlojiku, pukul 6 lewat 30 pagi, waktu diamana aku harus bergegas kesekolah. Namun, aku memilih untuk tidak terlalu buru-buru. Bukan karena aku malas ke sekolah, tapi aku bosan mendengar perkataan, ocehan, dan perdebatan hantu di sekolah. Walaupun aku juga mengalaminya di rumah sih, bahkan dimana-mana. Tapi aku merasa lebih aman jika aku berangkat ke sekolah agak kesiangan, karena biasanya saat ketika banyak siswa di sekolah kita ada alasan untuk tidak memperdulikan si hantu dibandingkan saat sekolah belum ramai. Kuedarkan pandangan ku ke arah tembok rumah sambil mengunyah dan menelan sarapan pagi yang sudah di sediakan nenek untuk aku. Yah nenek, dari kecil aku di besarkan oleh nenek karena orang tuaku meninggal sejak aku masih kecil, titambah lagi aku anak tunggal. Jadi dari kecil aku memang sudah terbiasa hidup sunyi. Jarang ada orang yang berani mengajakku ngobrol di sekolah, aku kadang terlihat tidak peduli akan sesuatu sekelilingku, mungkin karena aku jarang bergabung dengan mereka kecuali Meti. Yah Meti, dia teman sebangku sekaligus teman sejak aki menginjakkan kaki di sekolah menengah atas ini. Meti adalah orang yang paling sering aku respon omonganya. Akau kadang terlihat tidak peduli akan suatu keadaan namun disisi lain aku sangat ingin berpartisipasi saat ada orang yang sedang memerlukan bantuan. Itulah aku saat aku berbicara tentang kewajiban manusia untuk saling menolong walaupun tidak harus dengan monoton. Lain halnya saat aku berbicara tentang perasaan, terutama perasaan tentang cinta. Uhh rasanya pengen pecah ini kepala kalau ada orang yang ngebahas hal seperti itu di hadapanku. Mingkin karena aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran kali yah, tapi entahlah bagaimana nanti pribadiku saat aku sudah mulai mengenal Cinta. Apakah seorang gadis indigo ini akan jatuh cinta pada lawan jenisnya yang sesama indigo atau memilih manusia normal atau bahkan bisa jadi ia akan menyimpan rasa pada hantu?All Rights Reserved
1 part