Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
'Allahu Akbar!' dan 'Bebaskan Palestina!'
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum'at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah 'laquwwatta illa bi-Llah!'
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.
#episode 2
#palestine
Bagaimana perasaanmu jika tak sengaja menemui diary usang milikmu sendiri?
Bitna Arunika, gadis yang tidak sengaja menemukan diary usang miliknya. Saat membacanya, Bitna seperti masuk ke lorong masa lalu. Bitna dapat merasakan kembali gejolak cinta pertamanya. Sayangnya, hal itu adalah awal dari penderitaan yang harus ia hadapi. Trauma pada cinta, kepercayaan, pertemanan, dan semua hal tentang dunia. Semuanya kembali setelah ia membaca isi dari buku diarynya itu.
Sebenarnya, apa isi buku itu? Lalu, bagaimana caranya ia sembuh dari traumanya?