Namun terserah, mimpiku tentangmu telah berubah..
Aku adalah secangkir teh yang kau lewatkan di lain meja, yang tak teraduk menjadi dingin dalam hambar yang sempurna. Terlalu sering kau lupa, sering pula kau jadikan bahan bercanda. Untukmu, aku lakukan semua. Sebelum akhirnya menghilang ditelan diam, mulutmu hanya berbicara tentang lain pertemuan, padahal di depanmu aku melebarkan telinga menunggu jawaban. Terkumpul kekecewaan, kau semakin tak wajar membicarakan orang lain di depan hati yang jelas-jelas mendamba kepastian.
Tak perlu kau pikirkan perasaan orang lain, terlihat jelas bahagiamu terlalu egois untuk dibagi.
Aku pun tak terima jika nantinya aku hidup dengan seorang pematah janji; Maka bersenang-senanglah dengan dia yang kau pilih untuk menemanimu, hingga suatu hari nanti mendengar namaku akan membuatmu terbunuh tepat di dada. Penyesalan akan menggerogoti perasaanmu, ucapan maaf akan kau teriakan dalam setiap doa, dan tangisan akan menyelimuti setiap malammu penuh nelangsa.
Sebab aku memutuskan pergi, karena ternyata hatiku terlalu mulia untuk kau tinrggali. Dan bila nantinya hatimu diselimuti kerinduan, menangislah karena kau telah kulupakan..