244 Days to Hurt You
  • Reads 5,863,768
  • Votes 179,714
  • Parts 36
  • Reads 5,863,768
  • Votes 179,714
  • Parts 36
Complete, First published Jul 25, 2018
Mature
15 new parts
Alesha, seorang pelukis yang berharap untuk menikah dengan kekasihnya, pada akhirnya harus menikah dengan lelaki lain yang tidak dicintainya dan berjuang agar bisa melewati pernikahan mereka.

* * *

Alesha bersumpah akan menjaga kesuciannya untuk kekasih yang berjanji akan menikahinya selepas menyelesaikan pendidikan di London. 

Darren adalah seorang CEO muda yang memiliki segalanya kecuali cinta. Hatinya telah mati dikarenakan pengkhianatan mantan tunangannya. Ketika nasib mempertemukan keduanya, akankah mereka sanggup untuk mempertahankan prinsip masing-masing? Apa yang akan terjadi jika keduanya harus menikah? Bagaimana dengan kekasih Alesha? Akankan Darren yang begitu dingin sanggup mencintai Alesha?

* * *
All Rights Reserved
Sign up to add 244 Days to Hurt You to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Antara Hijab & High heels by shalmhyra_
18 parts Ongoing
Hari itu, Heidy merasa dunianya runtuh. Di atas meja kayu jati di ruang tamu yang megah, sebuah tiket pesawat dan surat pengantar dari ayahnya tergeletak dengan tenang. Pesantren Al-Muhajirin, El-Mansuriyah, Irak, tempat di mana ia akan dikirim untuk "memperbaiki diri" seperti yang dikatakan orang tuanya, terasa seperti sebuah penjara jauh dari kehidupan yang ia kenal. Bagi Heidy, itu adalah keputusan yang tak masuk akal, keputusan yang merenggut kebebasannya. Ia mengingat percakapan terakhirnya dengan ibunya, Amira Zehra Nabaa, wanita elegan dengan pandangan hidup yang konservatif. Amira yakin bahwa pesantren akan mengembalikan Heidy ke jalan yang benar, membentuknya menjadi perempuan yang lebih taat dan beradab. Ayahnya, Rasheed Said Al-Ahmar, seorang pengusaha sukses, tak pernah menentang keputusan istrinya. Bagi mereka, Heidy adalah anak yang perlu diarahkan, perlu dibimbing, dan mereka tak segan menggunakan cara apa pun memberontak, namun kata-kata ibunya terdengar seperti tembok tebal yang tak bisa ia tembus. "Umma, aku bisa belajar tentang agama di sini, di Baghdad. Kenapa aku harus pergi ke tempat itu? Aku sudah cukup dewasa untuk tahu mana yang benar dan salah," protes Heidy, suaranya bergetar menahan emosi. "Tidak, Heidy," balas Amira dengan nada yang tak bisa ditawar. "Di sini, kamu terlalu banyak godaan. Kamu sudah diberikan kesempatan disini dengan berkuliah. Namun, kamu tetap tidak berubah dan malah melanggar lebih jauh. Heidy, Kami ingin kamu fokus, menjauh dari segala hal yang bisa merusakmu." Heidy menatap ibunya dengan pandangan penuh luka. "Jadi ini hukuman karena aku memilih jalan hidupku sendiri? Karena aku tidak seperti yang Umma harapkan?" tanyanya, suaranya kini penuh dengan kekecewaan. Amira menghela napas, mencoba meredakan ketegangan. "Ini bukan hukuman, sayang. Ini demi kebaikanmu. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."
You may also like
Slide 1 of 10
Antara Hijab & High heels cover
The Jerk CEO [MATEO#2] (Complete) cover
FADED DESIRE [END] cover
MARRIAGE with My EX cover
LOVE OF MY LIFE cover
NDORO KARSO (DELETE SEBAGIAN)  cover
Jangan Membenci Mantan cover
GAVIN 21+ cover
dear mister summers cover
TRANQUILITY (Complete) cover

Antara Hijab & High heels

18 parts Ongoing

Hari itu, Heidy merasa dunianya runtuh. Di atas meja kayu jati di ruang tamu yang megah, sebuah tiket pesawat dan surat pengantar dari ayahnya tergeletak dengan tenang. Pesantren Al-Muhajirin, El-Mansuriyah, Irak, tempat di mana ia akan dikirim untuk "memperbaiki diri" seperti yang dikatakan orang tuanya, terasa seperti sebuah penjara jauh dari kehidupan yang ia kenal. Bagi Heidy, itu adalah keputusan yang tak masuk akal, keputusan yang merenggut kebebasannya. Ia mengingat percakapan terakhirnya dengan ibunya, Amira Zehra Nabaa, wanita elegan dengan pandangan hidup yang konservatif. Amira yakin bahwa pesantren akan mengembalikan Heidy ke jalan yang benar, membentuknya menjadi perempuan yang lebih taat dan beradab. Ayahnya, Rasheed Said Al-Ahmar, seorang pengusaha sukses, tak pernah menentang keputusan istrinya. Bagi mereka, Heidy adalah anak yang perlu diarahkan, perlu dibimbing, dan mereka tak segan menggunakan cara apa pun memberontak, namun kata-kata ibunya terdengar seperti tembok tebal yang tak bisa ia tembus. "Umma, aku bisa belajar tentang agama di sini, di Baghdad. Kenapa aku harus pergi ke tempat itu? Aku sudah cukup dewasa untuk tahu mana yang benar dan salah," protes Heidy, suaranya bergetar menahan emosi. "Tidak, Heidy," balas Amira dengan nada yang tak bisa ditawar. "Di sini, kamu terlalu banyak godaan. Kamu sudah diberikan kesempatan disini dengan berkuliah. Namun, kamu tetap tidak berubah dan malah melanggar lebih jauh. Heidy, Kami ingin kamu fokus, menjauh dari segala hal yang bisa merusakmu." Heidy menatap ibunya dengan pandangan penuh luka. "Jadi ini hukuman karena aku memilih jalan hidupku sendiri? Karena aku tidak seperti yang Umma harapkan?" tanyanya, suaranya kini penuh dengan kekecewaan. Amira menghela napas, mencoba meredakan ketegangan. "Ini bukan hukuman, sayang. Ini demi kebaikanmu. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu."