Seorang pengembara berjalan melintasi padang rumput dengan mata tertuju pada sebuah peta. Ya, ia adalah Rigel. pemuda berambut hitam tersisir kearah kanan, kelopak mata berwarna cokelat, membawa tas besar dan syal biru yang selalu dikenakan setiap hari. Bahkan menjadi kesukaanya. Karena rasa penasaran pada sebuah takdir putih yang membelenggu, ia rela menempuh perjalanan jauh untuk melepasnya. Sepanjang pengembaraan, Rigel sudah melewati banyak rintangan. Mulai dari menghancurkan istana penyihir Tozka, memasuki lembah naga, serta melewati portal waktu yang diapit oleh gerbang pintu Alpha dan Beta. Tinggal satu langkah bagi Rigel untuk mencapai tujuannya. Reruntuhan Datu. Tempat yang dikawal oleh elang pemburu dan dewa Shura. Namun, sebelum Rigel menuju ke sana ia sudah mendapat ramalan dari sang naga bahwa "Seseorang yang membunuh penyihir Tozka, akan mendapat kekuatan untuk menyegel dewa." ujar naga. Hal itu membuat Rigel lebih yakin dalam pertarungan yang akan dihadapinya. Sesampai di Reruntuhan Datu, Rigel bertemu dengan musuh yang sudah menanti. Mereka bertarung. Kehancuran dan bencana pun terjadi. Rigel mengeluarkan seluruh kekuatan untuk menghabisi dewa Shura beserta elang pemburu. Mereka imbang. Akhirnya, Rigel memutuskan untuk mengeluarkan segel penghancur. Kekuatannya dahsyat. Menghancurkan segalanya. Elang pemburu dan dewa Shura musnah terkena segel penghancur. Takdir terlepas.