sekolah ini bekas kuburan?. Halah,mitos! itu, sih, menurut Karin. soalnya, teman teman nya yang di sekolah lain juga pernah bercerita bahwa sekolah mereka bekas kuburan. kalau tidak, ya,bekas rumah sakit. masa, setiap sekolah punya cerita yang sama, sih?.
"sudahlah", kata Karin malas,"itu cuma mitos, tahu!".
istirahat kali ini, beberapa murid kelas 4B, termasuk Karin dan Kiki, duduk di lantai membentuk lingkaran. topik yang dipilih adalah hantu. sisanya mendengarkan di bangku masing-masing atau nyempil di belakangnya. Riuh sekali.
Bella berdecak."tapi, kalau itu cuma mitos, kenapa disini banyak hantu?".
"memang,kamu pernah lihat hantunya?" sergah Karin tajam.
Bella mengangkat bahu."bukan aku, tapi kakakku yang sudah lulus".
"iya, iya!". Revan sampai berlutut saking semangatnya."kakakku juga pernah cerita. kata nya, hantu di sini tersebar dimana-mana. kalau yang di toilet cowok, ada genderuwo. kalau di belakang rak rak perpustakaan, ada tuyul cewek yang botak. kalau di lab lantai tiga, ada kuntilanak. kalau...."
"wah, Revan hafal sekali,ya?". suara lembut itu menyentak semua murid. ternyata, Bu Erika!.
Karin menoleh ke jam dinding, bel masuk sudah berdering lima menit lalu!
murid-murid bergegas duduk di bangku masing-masing. suara kursi kursi diseret-seret menggema ke seluruh penjuru kelas.
Bu Erika terkikik beli."anak anak, kakak kalian itu hanya bercanda", kata Bu Erika, masih tertawa. "kisah itu sudah ada sejak lama, biasanya diceritakan untuk menakut-nakuti adik kelas. tenang saja, cerita itu belum pernah terbukti, kok."
Bu Erika terus menjelaskan.beberapa anak masih ragu, tetapi sisanya setuju dengan Bu Erika.
"tuh,kan, apa kata ku!", Karin berbisik kepada Rosa yang duduk di sebelah nya."itu cuma mitos!"
saat Karin mengucapkan itu, batik Arin sebenarnya tidak terlalu yakin. mungkin karena dia sudah mempunyai firasat bahwa petualangannya setelah ini melibatkan hantu.
Tunggu kelanjutan ceritanya ya😋.
Sebuah cerita adaptasi yang pernah dituturkan langsung oleh Juru Kunci terakhir 7 Bangsa Gaib Tatar Sunda, menguak tabir antar dimensi yang kini hanya menjadi mitos belaka.
Rangga, yang hanya pemuda biasa; terjebak dalam situasi pelik antara khazanah mitologi dan keyakinan religi yang dianutnya. Niatannya yang hanya sebatas ingin melindungi kekasih hatinya, Silvi, menyeretnya dalam konflik perseteruan yang kompleks antara kubu bangsa gaib Parewangan, Bunian, Wiati, Upari, dan Kamusa, dengan kubu bangsa gaib Ipri, Bancala, Danawa, dan Ririwa.
Beberapa tokoh gaib yang ada di dalamnya juga, hingga kini masih mendiami beberapa wilayah yang dianggap sakral di Jawa Barat.
Kisah yang dipastikan musykil oleh generasi sekarang ini menyuguhkan konflik bertentangan yang harus dilandasi pondasi religi yang kuat agar dapat berselaras dengan nilai-nilai kearifan samar yang ada pada dimensi mitologi.
Terakhir, pencerita berucap, "Selamat datang di gerbang lintas dimensi; semoga keselamatan senantiasa menaungi penjelajahan kalian! Salam Guyub Rahayu Jembar Waluya, Rumingkang di Murbeng Alam..."