Kali Kedua

Kedua kali aku jatuh cinta, kedua kali pula aku enggan kehilangannya. Sayapnya sudah patah berkali-kali olehku, sekelilingku. Kekecewaannya tak terbilang lagi sudah berapa ribuan kali. Kepergianku yang tanpa kejelasan menyisakan seorang lelaki yang berjuang menepis remehan, sendirian. Katanya, ia masih bertahan untuk berjuang.

Waktu masih berbaik hati kepadaku. Ia tetap menggenggam lelaki yang sering menelan pilu karenaku. Padahal, lelaki itu bisa saja berpaling dengan sangat mudah. Aku yang telah meninggalkan dengan sebab. Lalu kini, aku menjadi yang paling takut; mengecewakan, melepaskan lelaki sehebat dia.