21 parts Ongoing Di tanah dataran tinggi Salatiga, yang diselimuti kabut pagi dan gema lonceng gereja kolonial, sejarah tidak hanya ditulis oleh penjajah, tetapi juga oleh luka yang diwariskan secara diam-diam. Di sanalah kisah ini bermula-antara pewaris tanah yang mengambil, dan anak dari tanah yang diambil.
Willem van Kloppen adalah putra bungsu keluarga Belanda yang mengakar kuat dalam sistem kolonial Hindia. Dibesarkan dalam benteng marmer dan aturan yang tak kenal ampun, ia adalah anak dari Joseph van Kloppen-seorang penguasa tanah yang namanya ditakuti dan dihormati, tergantung siapa yang mengucap.
Di sisi lain, Yafet Abimanyu kembali ke Salatiga bukan sebagai anak rantau biasa. Ia datang membawa warisan dendam yang disimpan rapat sejak tanah adat milik ayahnya, Sulaiman Abimanyu dirampas paksa oleh Joseph Van Kloppen bertahun-tahun lalu. Yafet tumbuh dengan cerita tentang pengkhianatan, tanah yang dijadikan perkebunan, dan salib yang dirobohkan dengan ejekan.
Ia tidak berniat tinggal lama. Hanya cukup untuk membalas. Tapi hidup, seperti sejarah, tak pernah lurus. Dan pada malam pesta debutante kakak Willem, ketika lampu-lampu gantung bersinar seperti bintang palsu dan musik dansa berdenting dari ruang tengah, Yafet menyelinap masuk. Ia ingin melihat langsung wajah keluarga Van Kloppen.
Yang ia temukan justru Willem-mabuk, muak, dan tersesat di taman belakang.
Itu bukan permulaan yang ditulis dalam kitab-kitab suci, tapi itulah awal mereka.
Bukan sekadar cinta. Ini adalah cerita tentang dua warisan yang bertabrakan-antara penguasa dan yang tertindas, antara pewaris kekayaan dan pewaris luka. Tapi juga tentang bagaimana kadang, di tengah bara dendam, cinta yang paling jujur justru menyala.