Gadis berambut bondol berdiri di depan cermin, sambil sesekali dia menatap bayangan dirinya sendiri
"lu tu malang, gak pantes hidup, gak pernah dapet kebahagiaan " gadis itu berdialog dengan bayangannya sendiri.
Nadira, menatap lekat bayangannya, tangannya menunjuk-nunjuk bayangannya, sambil sesekali dia terkekeh, dia tertawa tapi dia juga mengeluarkan air mata,
"lu tu gak pantes bahagia, lu gak akan pernah pantes buat sekedar suka sama dia, lu harus sadar,"
"Liatt, liattt " bentaknya pada bayangan dirinya
"keadaan lu kayak gini, dan lu berharap di cintai sama dia? Lu harus sadar, " kini air matanya sudah membanjir keluar, kejadian hari itu benar benar membuatnya frustasi
Dia masih memandang cermin pada meja riasnya, dan
"praanggkkkkkk " nadira melempar asbak rokok yang berada pada meja riasnya, cermin riasnya hancur berantakan, menyisakan kepingan kepingan kaca
nadira terduduk lemas di depan meja riasnya,
"gak usah ngasih gua harapan, kalo ujungnya lu cuma kisah yang bikin hari gua suram"